Spekulasi bahwa BoJ akan mulai mengubah kebijakan ultra-longgarnya berkobar ketika bank sentral memperluas kisaran batas imbal hasil pada obligasi pemerintah Jepang (JGB) 10 tahun bulan lalu, dan selanjutnya didorong oleh laporan Nikkei pada Sabtu (31/12/2022) bahwa BoJ sedang mempertimbangkan untuk menaikkan perkiraan inflasi pada Januari untuk menunjukkan pertumbuhan harga mendekati target 2,0 persen pada tahun fiskal 2023 dan 2024.
"Pasar jelas ingin percaya bahwa mengutak-atik kurva imbal hasil tidak hanya sekali dan selesai," kata Moh Siong Sim, ahli strategi mata uang di Bank of Singapore, menambahkan bahwa pasar sedang mencari sinyal lebih lanjut bahwa akan ada lebih banyak penyesuaian pada pengaturan kontrol kurva imbal hasil.
Tetapi Gubernur BoJ Haruhiko Kuroda telah menepis kemungkinan dalam jangka pendek keluar dari kebijakan moneter yang sangat longgar.
Yen menguat 0,69 persen versus greenback di 129,83 per dolar, setelah menyentuh 129,51 di awal sesi - level yang terakhir terlihat pada Juni.
Yen kehilangan 12 persen terhadap dolar pada 2022, dengan otoritas Jepang melangkah ke pasar pada September untuk menopangnya buat pertama kalinya sejak 1998 dan sekali lagi pada Oktober, ketika melemah ke level terendah 32 tahun di 151,94 per dolar.
Pada Selasa, penguatan yen meluas, dengan euro tergelincir 0,57 persen menjadi 138,52 yen dan sterling 0,44 persen lebih rendah pada 156,76 yen.
Dengan pasar Jepang ditutup (libur), likuiditas yang tipis mungkin telah memperburuk langkah tersebut, kata para analis.
Perhatian investor minggu ini tertuju pada risalah pertemuan pembuat kebijakan Fed Desember, yang akan dirilis pada Rabu (4/1/2023), dengan para pedagang mencari petunjuk tentang jalur suku bunga apa yang kemungkinan akan diambil pada 2023.
Bank sentral AS menaikkan suku bunga 50 basis poin bulan lalu setelah memberikan empat kenaikan 75 basis poin berturut-turut tahun lalu, tetapi mengatakan mungkin perlu mempertahankan suku bunga lebih tinggi lebih lama untuk menjinakkan inflasi.
Ahli strategi Citi mengatakan risalah tersebut dapat mengungkapkan lebih banyak perbedaan antara dove dan hawk mengenai seberapa tinggi suku bunga terminal seharusnya.
"Kami juga akan mencari panduan apa pun tentang apa yang dapat menentukan ukuran kenaikan pada pertemuan Februari, tetapi tidak mengharapkan panduan konkret," kata Citi, menambahkan mereka terus memperkirakan kenaikan 50 basis poin pada Februari.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, telah membuat awal yang lemah hingga 2023 dan terakhir turun 0,029 persen pada 103,610. Indeks dolar naik 8,0 persen tahun lalu dalam lompatan tahunan terbesar sejak 2015 didukung kenaikan suku bunga Fed untuk mengatasi inflasi.
Dolar kemungkinan akan berkonsolidasi karena "aktivitas pasar secara bertahap meningkat minggu ini," kata Christopher Wong, ahli strategi mata uang di OCBC Bank di Singapura.
Data penggajian AS, yang akan dirilis pada Jumat (6/1/2022), diperkirakan menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja tetap ketat.
Ekonom ING mengatakan dalam sebuah catatan bahwa Fed telah membicarakan pentingnya data penggajian untuk prospek inflasi, tetapi mereka mencatat bahwa pertumbuhan upah tidak menyebabkan inflasi dan itu tidak akan menjadi alasan mengapa pada akhirnya jatuh.
Sementara itu, aktivitas pabrik China menyusut untuk bulan ketiga berturut-turut pada Desember dan pada laju paling tajam dalam hampir tiga tahun karena infeksi COVID-19 melanda lini produksi setelah pembalikan langkah anti-virus Beijing secara tiba-tiba.
Dolar Australia turun 0,06 persen versus greenback pada 0,680 dolar AS, sedangkan kiwi naik 0,19 persen pada 0,633 dolar AS.
Euro sebagian besar datar, sementara sterling terakhir diperdagangkan di 1,2067 dolar, naik 0,18 persen hari ini.
Baca juga: Yen terus naik di Asia didukung perubahan kebijakan BoJ
Baca juga: Goldman: Dolar AS kemungkinan naik lebih lanjut terhadap yen
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2023