Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) menurunkan BI Rate per 9 Mei 2006 sebesar 25 basis poin menjadi 12,50 persen dari sebelumnya 12,75 persen.
"Dewan Gubernur BI secara menyeluruh sepakat BI Rate turun 25 basis poin menjadi 12,50 persen," kata Gubernur BI, Burhanuddin Abdulah, usai Pembukaan Kongres Perbanas di Balai Sidang Jakarta, Selasa.
Penurunan BI Rate tersebut setelah mempertimbangkan perkembangan moneter, nilai tukar rupiah, inflasi beberapa bulan terakhir, serta melihat perkembangan yang cukup stabil dari sistem keuangan serta stabilitas makro ekonomi yang terjaga.
Burhanuddin mengatakan kebijakan moneter masih cukup ketat (tight money policy) karena perbedaan suku bunga yang masih lebar dengan suku bunga bank sentral AS the Fed.
Dia mengatakan ada dugaan the Fed akan menaikan suku bunganya 25 basis poin menjadi 5 persen. "Saya ingin mengatakan BI Rate 12,50 persen, perbedaan suku bunganya (dari Fed) cukup lebar," ucapnya.
Dia mengemukakan dengan selisih suku bunga yang cukup besar tersebut masih bisa mengundang aliran modal masuk ke Indonesia melalui instrumen jangka pendek yang diharapkan dapat berubah menjadi instrumen jangka panjang.
Ditanya apakah penurunan itu merupakan signal, BI Rate akan turun terus di masa mendatang, Burhanuddin mengatakan, pihaknya akan melihat perkembangan dari waktu ke waktu.
Dia mengatakan, jika melihat kecenderungan jangka panjang maka pada tahun 2006 diperkirakan inflasi sekitar 8 persen dan mungkin berada di bawah 8 persen.
Jika saat itu terjadi maka ada ruang untuk secara bertahap dan hati-hati untuk menurunkan suku bunga.
Perkembangan ekonomi
Pada kesempatan itu, Burhanuddin menjelaskan pada Selasa pagi Dewan Gubernur melakukan rapat evaluasi terhadap perkembangan ekonomi dan perbankan hingga April 2006.
Dia mengatakan stabilitas makro ekonomi pada April 2006 masih berlanjut yang tercermin dari perkembangan nilai tukar rupiah, inflasi, dan kondisi moneter secara umum.
Nilai tukar rupiah, cenderung menguat bahkan di bawah optimisme perkiraan triwulan kedua 2006 yaitu Rp9.200-Rp10.000 per dolar AS.
Sementara inflasi, April 2006 0,05 persen, inflasi year on year 15,40 persen, dan inflasi kumulatif (Januari-April) 2006 2,03 persen, inflasi triwulan ke-2 diperkirakan lebih rendah dari proyeksi sebelumnya.
Kebijakan moneter juga telah mampu menjaga kondisi moneter ditengah masih besarnya aliran modal asing masuk. Jika perkembangan terus berlanjut maka inflasi 2006 berada dibawah sasaran 8 plus minus satu persen.
Dia mengatakan berdasarkan perhitungan inflasi diperkirakan 7-8 persen.
Terdapat beberapa risiko yang mempengaruhi inflasi tahun 2007 yakni harga minyak, serta APBN yang rentan terhadap harga minyak. Sementara itu perkembangan kinerja perbankan sampai Maret 2006 kembali meningkat walau belum seperti yang diharapkan, katanya.
Total aset Rp1.465 triliun, kredit naik Rp7 triliun menjadi Rp722,7 triliun, dana pihak ketiga stabil pada Rp1.124 triliun, namun NPL gross meningkat menjadi 9,4 persen, NPL Nett 5,6 persen. "Ini yang menjadi perhatian bersama," katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2006