Jakarta (ANTARA) - Asosiasi Pemasok Energi, Mineral dan Batubara (Aspebindo) mendorong pemerintah untuk bisa memfasilitasi investasi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) sebagai salah satu solusi energi ramah lingkungan serta alternatif energi primer.
"Kita mendukung penuh upaya untuk mencari alternatif energi primer selain batu-bara seperti energi nuklir. Persepsi dan ketakutan jangan jadi alasan kita tidak mengembangkan energi ini di Indonesia, justru harus difasilitasi dengan riset dan penelitian. Apalagi di Sumatera, Sulawesi, Kalimantan itu banyak potensi bahan baku energi nuklir di sana," kata Ketua Umum Aspebindo Anggawira dalam keterangan di Jakarta, Senin.
Dalam pertemuannya dengan perusahaan pengembang tenaga nuklir, PT ThorCon Power Indonesia, Anggawira menyampaikan Indonesia membutuhkan alternatif energi primer yang bisa diandalkan dan berkelanjutan (sustainable).
Terlebih dalam mengejar target net zero emission, pasokan energi alternatif yang bisa diandalkan untuk turut memacu pertumbuhan ekonomi sangat dibutuhkan.
Dilansir dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia (ESDM) berdasarkan Rencana Strategis Kementerian ESDM tahun 2020-2024, konsumsi listrik per kapita tahun 2022 ditargetkan dapat mencapai 1.268 kWh per kapita. Namun, hingga September 2022, konsumsi listrik masih sebesar 1.169 kWh per kapita.
Rata-rata konsumsi listrik ini masih tertinggal dari negara-negara tetangga yaitu negara ASEAN sebesar 3.672 kWh per kapita.
"Kita tidak boleh alergi dengan sumber energi primer untuk diteliti dan dicoba di Indonesia, untuk itu harus ada upaya dari pemerintah untuk memfasilitasi riset dan implementasi bisnisnya," katanya.
Aspebindo berharap pengembangan PLTN dapat memperoleh dukungan yang proaktif dari pemerintah khususnya oleh Kementerian Investasi/BKPM guna mencapai target penggunaan energi baru terbarukan (EBT) dalam energi bauran nasional.
Pasalnya, Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) juga sudah mendapatkan Nomor KBLI 43294 yang artinya sudah dapat dikembangkan di Indonesia.
Sebagai pengembang tenaga nuklir, PT ThorCon Power Indonesia telah menandatangani beberapa perjanjian dan MOU dengan berbagai pemangku kepentingan di sektor energi nuklir.
Perusahaan itu telah bekerjasama dengan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (FT UGM) dan juga dengan perusahaan asal Spanyol, Empresarios Agrupados Internacional (EAI) untuk Penilaian Keselamatan Tingkat Tinggi dari Desain Keselamatan proyek Thorium Molten Salt Reactor 500 MW (TMSR-500), serta dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk membangun laboratorium bahan bakar TMSR500.
ThorCon Power dan BRIN juga telah sepakat untuk bekerjasama dalam membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) eksperimental.
Selain itu, perusahaan juga rutin melakukan berbagai kajian terkait nuklir sebagai energi ramah lingkungan dan juga focus group discussion (FGD) dengan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) dan BRIN.
Baca juga: Bapeten: Target pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir 2039
Baca juga: Menteri ESDM respon ketertarikan Rusia kembangkan nuklir di Indonesia
Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2023