Nusa Dua, Bali (ANTARA News) - Potensi perdagangan antara sesama negara berkembang yang tergabung dalam Kelompok D-8 masih belum optimal, padahal masing-masing negara mempunyai potensi untuk saling memanfaatkan. "Potensi perdagangan antar sesama negara anggota D-8 masih kurang optimal," kata Mendag Mari Pangestu, kepada pers, usai membuka Pameran Dagang D-8, di Nusa Dua, Bali, Selasa. Pameran dagang D-8 berlangsung dalam rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) D-8 yang kelima yang akan dihadiri para kepala negara dan kepala pemerintahan negara anggota. KTT akan berlangsung 9-13 Mei 2006. D-8 terdiri atas Bangladesh, Mesir, Indonesia, Iran, Malaysia, Nigeria, Pakistan dan Turki. Statistik perdagangan antar D-8 menunjukkan selama enam tahun terakhir menunjukkan kenaikan cukup signifikan, yaitu dari 14,5 miliar dolar AS tahun 1990 menjadi 33 miliar dolar tahun 2004 atau mengalami kenaikan rata-rata 127 persen dalam periode lima tahun. "Angka sebesar itu masih kecil dan sebenarnya masih bisa ditingkatkan yang antara lain dengan memberikan berbagai kemudahan dalam bentuk fasilitas," kata Mendag Mari. Bentuk kemudahan yang akan disepakati sesama negara anggota D-8, kata Mari, adalah dengan Kesepakatan Preferensi Perdagangan (PTA) yang diharapkan bisa disepakati oleh masing-masing negara. "Dalam PTA tersebut masing-masing negara akan memperoleh keringan tarif bea masuk jika melakukan perdagangan sesama anggota. Dengan kemudahan itu diharapkan total perdagangan D-8 bisa lebih tinggi lagi," kata Mendag. Pihak yang paling berkepentingan dalam perdagangan ini, kata Mari, adalah swasta namun tentunya pemerintah juga akan memfasilitasi dan memberikan informasi. "Dukungan dari pihak perbankan dan transportasi, khususnya ada pengapalan langsung ke masing-masing negara juga menjadi pendukung bagi peningkatan perdagangan sesama D-8," katanya. Mendag berharap, PTA sudah bisa ditandatangani dalam waktu dua tahun mendatang dalam KTT D-8 mendatang yang menurut rencana akan berlangsung di Malaysia tahun 2008. Saling melengkapi Mendag Mari mengakui, memang tidak mudah melakukan perdagangan sesama anggota D-8 mengingat masing-masing negara umumnya memproduksi barang yang hampir sama. Seperti diketahui, sejumlah negara D-8 juga merupakan produsen tekstil dan produk tekstil (TPT) yang selama ini menjadi andalan ekspor Indonesia. Namun demikian, kata Mari, walaupun masing-masing negara memproduksi barang serupa, masih ada jenis-jenis tertentu yang sifatnya bisa saling melengkapi. Pakistan dan Bangladesh misalnya, selama ini terkenal dengan produksi kapas, sementara Indonesia kuat di bidang sintetis sehingga sangat memungkinkan terjadi perdagangan diantara ketiga negara tersebut. Demikian pula Nigeria, katanya, negara Afrika tersebut punya potensi sebagai pasar berbagai barang konsumsi, seperti makanan. Indonesia juga punya potensi untuk meningkatkan ekspor berbagai barang konsumsi ke Nigeria. (*)
Copyright © ANTARA 2006