“Pada 2002 saja, lebih dari 2,400 warga Rohingya berupaya meninggalkan Bangladesh dan Myanmar, saya sangat sedih mengetahui bahwa lebih dari 200 orang dilaporkan kehilangan nyawa dalam perjalanan,” kata Turk dalam pernyataan, Jumat (30/12).
“Laporan baru-baru ini mengindikasikan adanya kapal-kapal yang tidak aman dan terlalu penuh yang membawa para warga Rohingya, yang kemudian dibiarkan terombang-ambing selama beberapa hari tanpa adanya bantuan,” ujarnya.
Turk mendesak negara-negara di kawasan untuk melakukan koordinasi dalam membentuk mekanisme guna “memastikan upaya pencarian dan penyelamatan yang proaktif, pendaratan para pengungsi Rohingnya di wilayah-wilayah mereka, serta perlindungan yang efektif bagi pengungsi.”
Solusi perlu ditemukan secara cepat untuk membuka jalan bagi mereka yang ingin kembali, dengan “sepenuhnya menghormati martabat dan hak asasi mereka sebagai warga negara Myanmar yang setara,’” katanya, menambahkan.
Saat ini, Bangladesh menampung lebih dari 1,2 juta warga suku Rohingya, yang kebanyakan lari menyematkan dari tindakan brutal militer di Negara Bagian Rakhine pada 2017.
Sumber: Anadolu
Baca juga: Polda: 185 imigran Rohingya mendarat di pesisir pantai Pidie
Baca juga: Kapal Vietnam selamatkan 154 warga Rohingya yang nyaris tenggelam
IOM menunggu arahan pemerintah untuk penempatan 230 imigran
Penerjemah: Aria Cindyara
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2022