"Dalam tiga bulan terakhir ini, ekspor kita naik lumayan sekitar 15 persen. Kita percaya kalau masalah infrastruktur bisa kita atasi maka investasi dan ekspor pada tahun 2007 akan semakin besar," kata Boediono.
Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah akan mengubah asumsi harga minyak dalam APBN 2006 dari 57 dolar AS per barel menjadi 60 dolar AS per barel terkait dengan kenaikan harga minyak internasional yang telah mencapai 75 dolar AS per barel. "Harga minyak APBN 2006 kita tetapkan 60 dolar AS per barel atau naik dari 57 dolar AS per barel. Sementara untuk RAPBN 2007 kita tetapkan asumsi harga minyak 58 dolar AS per barel," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati usai sidang kabinet di kantor Presiden Jakarta, Senin malam. Sedangkan untuk asumsi nilai tukar rupiah dalam APBN 2006, menurut Menkeu akan diubah menjadi Rp9.000 per dolar AS atau turun dari asumsi sebelumnya Rp9.900 per dolar AS. "Untuk asumsi rupiah APBN 2006 kita akan gunakan Rp9.000 per dolar AS, karena pada tiga bulan pertama nilai tukar rupiah rata-rata masih sekitar Rp9.200 per dolar AS. Jadi asumsi hingga akhir 2006 kita tetapkan Rp9.000 dengan perkiraan hingga akhir tahun rupiah tetap di bawah Rp9.000 per dolar AS," katanya. Sementara untuk asumsi inflasi, Menkeu mengatakan akan tetap mempertahankan angka 8 persen (tahun ke tahun) seperti yang disepakati di APBN 2006. Menko Perekonomian Boediono dalam kesempatan yang sama mengatakan untuk RAPBN 2007 yang termuat dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2007, pemerintah telah memutuskan asumsi dasar yang akan dipakai yaitu pertumbuhan ekonomi 6,4 persen, inflasi (tahun ke tahun) 6 persen, inflasi rata-rata 6,35 persen, nilai tukar rupiah Rp9.200 per dolar AS, SBI 3 bulan 8,5 persen, harga minyak 58 dolar AS per barel dan produksi minyak 1 juta barel per hari. Sedangkan untuk defisit RAPBN 2007 ditetapkan angka 0,5 persen sampai 0,7 persen dari PDB atau sama dengan defisit APBN 2006 sebesar Rp21,43 triliun atau 0,7 persen dari PDB. Boediono menjelaskan, target pertumbuhan ekonomi 2007 sebesar 6,4 persen akan bisa dicapai mengingat kebijakan moneter yang semakin longgar pada semester kedua 2006, serta stimulus fiskal yang mulai bergerak dan peningkatan ekspor. "Dalam tiga bulan terakhir ini, ekspor kita naik lumayan sekitar 15 persen. Kita percaya kalau masalah infrastruktur bisa kita atasi maka investasi dan ekspor pada tahun 2007 akan semakin besar," katanya. Sementara itu, Meneg Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Paskah Suzetta mengatakan dalam RKP itu juga dibicarakan soal rencana penurunan rasio utang luar negeri yang pada tahun 2009 ditargetkan sebesar 31,8 persen dari PDB. "Pada saat ini rasio utang luar negeri terhadap PDB sebesar 48,5 persen. Jumlah ini diperkirakan menurun di bawah 40 persen karena penguatan nilai tukar rupiah belakangan ini. Kalau terus seperti ini, target rasio utang luar negeri sebesar 31,8 persen dari PDB bisa lebih cepat dicapai sebelum tahun 2009," katanya.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006