“Secara mengejutkan, sebanyak 1.668 jurnalis terbunuh di seluruh dunia sehubungan dengan pekerjaan mereka dalam dua dekade terakhir (2003-2022),” kata RSF dalam pernyataan yang dirilis pada Jumat.
Berdasarkan angka tersebut, rata-rata setiap tahun ada lebih dari 80 wartawan yang tewas.
“Jumlah tahunan kematian memuncak pada 2012 dan 2013, saat masing-masing 144 dan 142 wartawan tewas,” kata RSF.
Lonjakan itu sebagian besar dipicu perang di Suriah.
RSF menyebutkan bahwa 80 persen kematian yang tercatat antara 2003 dan 2022 terjadi di 15 negara.
Yang paling berbahaya, kata organisasi internasional nonpemerintah itu, adalah Irak dan Suriah. Di dua negara tersebut, tercatat total 578 jurnalis kehilangan nyawa.
Negara-negara paling rawan berikutnya adalah Afghanistan, Yaman, Palestina, dan Somalia.
Di Eropa, Rusia masih menjadi negara paling mematikan bagi jurnalis, kata RSF.
Lembaga pengawas independen tersebut menunjukkan bahwa, selama dua dekade terakhir, lebih banyak jurnalis yang terbunuh di zona damai daripada di zona perang.
Sebagian besar kematian dialami jurnalis yang menyelidiki kejahatan terorganisasi dan korupsi, kata RSF.
Sumber: Anadolu
Baca juga: Dewan Keamanan PBB kecam pembunuhan wartawati Al Jazeera
Baca juga: Reporter kriminal Meksiko tewas, tambah jumlah kematian jurnalis
Masyarakat Palestina protes pembunuhan wartawan Al Jazeera
Penerjemah: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2022