Jakarta (ANTARA News) - Hingga saat ini mantan Presiden Soeharto masih menjalani perawatan intensif pasca-operasi pemotongan usus sepanjang 40 centimeter di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) Jakarta, demikian pernyataan Ketua Tim Dokter Kepresidenan Brigjen TNI dr. Mardjo Soebandiono kepada pers di Jakarta, Senin.
"Pasien masih dalam perawatan intensif sampai saat ini," kata Mardjo yang pada kesempatan itu didampingi oleh Direktur RSPP Adji Suprayitno.
Ia mengatakan hingga saat ini mantan penguasa Orde Baru itu masih dalam masa kritis dan masa kritis pasca-operasi itu akan berlangsung selama lima hingga tujuh hari.
Selama masa kritis, ia melanjutkan, HM Soeharto belum diizinkan menerima tamu supaya dia memiliki kesempatan untuk memulihkan kondisi fisiknya secara optimal.
Terkait dengan kondisi terakhir mantan Presiden Soeharto, Mardjo menjelaskan saat ini kondisinya telah membaik.
Tensi nadi dan pernafasannya, kata dia, telah normal dan pendarahan baru sudah tidak terjadi lagi pada usus mantan orang terkuat di Indonesia selama orde baru itu.
"Bapak pun sudah sadar penuh. Bahkan, Bapak sudah tahu dokter-dokter (yang) kumpul. Ia pun sudah dikasih (diberi) minum teh manis pagi tadi. Pendarahan juga sudah berhenti dan HB (kadar hemoglobin)-nya sudah mencapai 10,3 dari 11 gram per desiliter yang ditargetkan," katanya.
Soeharto, yang kembali masuk RSPP sejak sekitar pukul 18.30 WIB, Kamis pekan lalu (4/5), pada Senin dini hari menjalani operasi pemotongan usus sepanjang 40 cm. Operasi dilakukan oleh tim dokter kepresidenan dan RSPP.
"Kita ketahui pendarahan terjadi pada usus sebelah kiri dan kita sudah potong sepanjang 40 cm dan sudah dibuang kemudian disambung lagi," kata dokter operator dr Hermansyah saat keterangan pers pada pukul 02.00 WIB di RSPP Jakarta, Senin.
Dengan telah dipotongnya penyebab pendarahan tersebut, diharapkan pendarahan sudah bisa berhenti karena sumbernya sudah dihilangkan. "Akan tetapi penyembuhannya akan memakan waktu lebih lama," kata dr Hermansyah.
"Risiko penyembuhan lebih lama itu disebabkan oleh usia dan tubuhnya yang tidak prima sehingga beliau harus dirawat dengan hati-hati di ruang intensif (ICU)," kata dr Hermansyah.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006