Legenda sepak bola Brasil Pele melempar bola dengan ahli terapi fisik Kamila di Sao Paulo, Brasil dalam foto yang diperoleh melalui video media sosial tak bertanggal yang dirilis di halaman Instagram Pele 28 September 2021. ANTARA FOTO/Instagram @pele via Reuters/hp.


Permainan indah

Syukurlah, sumpah Pele itu tak terlaksana. Empat tahun kemudian dia bermain lagi dalam Piala Dunia Meksiko untuk memimpin apa yang dianggap sebagai tim terhebat sepanjang masa.

Kalau Piala Dunia 1966 dianggap sebagai kemenangan untuk sinisme, maka Piala Dunia 1970 dianggap sebagai sumbangsih terbesar Pele untuk Brazil, yang membuat Brazil sinonim dengan permainan yang indah.

Turnamen 1970 menjadi pembuktian untuk kualitas tinggi permainan Pele. Dia dikenang karena gol-gol yang indah walau tidak sebanyak sebelum itu.

Sebuah gol yang didahului lob indah yang mengecoh kiper Cekoslowakia dari hampir separuh lapangan dan gol ajaib kala melawan Uruguay dalam semifinal adalah salah satu momen terbaik dalam sejarah Piala Dunia.

Kemudian, meskipun dia terus bermain pada tingkat klub bersama Santos yang sangat dia cintai dan kemudian New York Cosmos, Pele pensiun dari tim nasional pada 1971. Tahun itu dia membuat perpisahan emosional di depan 180.000 suporter Brazil di Stadion Maracana yang sakral di Rio de Janeiro.

"Pele pemain terlengkap yang pernah saya lihat," kenang legenda Inggris, Bobby Moore, seperti dikutip AFP. "Dia memiliki segalanya."

Setelah aksi dan perjalanan heroik nan indahnya dalam turnamen-turnamen Piala Dunia selesai, Pele, Si Raja atau "O Rei" dan menyelesaikan 91 cap bersama timnas, turut merevolusi sepak bola Amerika Serikat sampai seperti dikenal sekarang.

Pada 1977, dia memimpin New York meraih gelar nasional pada musim terakhirnya bersama klub itu yang juga diperkuat legenda-legenda lain seperti Franz Beckenbauer, striker Italia Giorgio Chinaglia dan mantan kapten Brazil Carlos Alberto.

Dia muncul dalam film produksi tahun 1981 berjudul "Escape to Victory" tentang tawanan perang Sekutu selama Perang Dunia II bersama dengan aktor-aktor kesohor seperti Michael Caine dan Sylvester Stallone.

Antara 1995 dan 1998, dia bahkan menjadi Menteri Olahraga Luar Biasa Brasil, selain kerap tampil di depan umum sebagai duta berbagai merek komersial.

Namun di masa tuanya dia menderita serangkaian masalah kesehatan, lalu menjalani operasi pinggul, batu ginjal dan tumor usus besar.

Baca juga: Pele dilaporkan kembali masuk ICU
Baca juga: Kesehatannya semakin merosot, Pele terkena infeksi saluran kemih

Tetapi semua itu tak pernah membunuh semangatnya. Dia tetap aktif memperhatikan sepak bola, sampai menyemangati Neymar, bahkan Lionel Messi dan Kylian Mbappe, dalam Piala Dunia 2022. Ketiga megabintang ini mengaku Pele sebagai inspirasi mereka dan dunia, sebagaimana hampir semua pesepakbola di jagat ini, juga atlet-atlet dari disiplin-disiplin lain.

Menikah untuk ketiga kalinya pada 2016 bersama Marcia Aoki tak memupus kecintaannya kepada sepak bola yang membuatnya sedikit dari segelintir atlet yang konsisten apolitik di tengah kebesarannya.

Bersama dedikasi dan pencapaian-pencapaian hebatnya serta kesenimanannya di lapangan hijau membuat Pele dikenang sebagai yang terbesar.

Perlu 20 tahun kemudian untuk Diego Maradona masuk perdebatan "terhebat sepanjang masa" atau GOAT. Dan setelah itu butuh 25 tahun lagi bagi Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo, masuk dalam percakapan GOAT bersama dia.

Semua itu adalah warisan agung Pele, yang akan kekal dalam dunia yang fana ini, khususnya sepak bola. Dia telah menjadi panutan,referensi, dan sekaligus benchmark atau patokan untuk generasi-generasi sepak bola kemudian.

Selamat jalan sang legenda, GOAT sejati.

Baca juga: IOC: dunia kehilangan ikon olahraganya dengan kepergian Pele
Baca juga: Amerika Selatan sodorkan warisan Pele-Maradona untuk Piala Dunia 2030

Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2022