flu tidak lagi dianggap pandemi dan sebaiknya COVID-19 mulai diperlakukan seperti fluJakarta (ANTARA) - Pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menilai sudah saatnya Indonesia menyatakan pandemi COVID-19 sudah selesai.
"Sebelum tutup tahun 2022, atau di awal tahun baru 2023, kita ingin mendengar Jokowi (Presiden RI Joko Widodo) resmi mendeklarasi semua pembatasan atas COVID-19 di Indonesia diakhiri," kata Denny JA dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis.
Ia mengemukakan, tingkat kematian tertinggi karena COVID-19 di Indonesia terjadi pada bulan Juli-Agustus 2021.
Pada periode itu, pernah terjadi 2.000 kematian akibat COVID-19 dalam satu hari. Namun pada Desember 2022, tingkat kematian akibat COVID-19 di bawah 50 kematian.
"Pada September-Oktober 2022, saya berkunjung ke London. Di bandara, mall dan hotel, semua orang berlalu-lalang selayaknya era sebelum COVID-19," ujar Denny JA.
Baca juga: Epidemiolog UGM: Pemerintah edukasi masyarakat sebelum pandemi selesai
Baca juga: Menkes: Pandemi tak selesai tanpa pemerataan riset dan manufaktur
Dia juga menekankan bahwa tidak ada aplikasi sejenis Peduli Lindungi yang diperlukan sebagai syarat memasuki gedung. Hampir semua orang tak lagi memakai masker dan memperkirakan mungkin hanya sekitar lima persen orang memakainya.
"Dugaan saya pastilah di antara ratusan orang yang berkeliaran di Mall London saat itu ada yang terpapar COVID-19, sebagaimana juga ada yang terkena flu," katanya.
Dengan kata lain, menurutnya, terpapar COVID-19 saat ini tidak lagi dianggap sebagai masalah, karena mayoritas populasi telah divaksin dan persentase kematian akibat COVID-19 juga sudah jauh menurun.
"Mungkin ada masyarakat yang bertanya. Bukankah masih ada yang meninggal karena COVID-19? Lalu mengapa pandemi harus dinyatakan berakhir padahal masih ada yang meninggal karenanya? Mereka yang meninggal karena flu pun masih ada. Tapi flu tidak lagi dianggap pandemi dan sebaiknya COVID-19 mulai diperlakukan seperti flu," tuturnya.
Karena itulah, ia berharap agar penutupan tahun 2022 diikuti dengan penutupan pandemi COVID-19 di Indonesia.
Baca juga: KSP: SE Satgas Penanganan COVID-19 tegaskan pandemi belum selesai
Dia juga menekankan bahwa tidak ada aplikasi sejenis Peduli Lindungi yang diperlukan sebagai syarat memasuki gedung. Hampir semua orang tak lagi memakai masker dan memperkirakan mungkin hanya sekitar lima persen orang memakainya.
"Dugaan saya pastilah di antara ratusan orang yang berkeliaran di Mall London saat itu ada yang terpapar COVID-19, sebagaimana juga ada yang terkena flu," katanya.
Dengan kata lain, menurutnya, terpapar COVID-19 saat ini tidak lagi dianggap sebagai masalah, karena mayoritas populasi telah divaksin dan persentase kematian akibat COVID-19 juga sudah jauh menurun.
"Mungkin ada masyarakat yang bertanya. Bukankah masih ada yang meninggal karena COVID-19? Lalu mengapa pandemi harus dinyatakan berakhir padahal masih ada yang meninggal karenanya? Mereka yang meninggal karena flu pun masih ada. Tapi flu tidak lagi dianggap pandemi dan sebaiknya COVID-19 mulai diperlakukan seperti flu," tuturnya.
Karena itulah, ia berharap agar penutupan tahun 2022 diikuti dengan penutupan pandemi COVID-19 di Indonesia.
Baca juga: KSP: SE Satgas Penanganan COVID-19 tegaskan pandemi belum selesai
Baca juga: Dirjen WHO: Pandemi COVID-19 "masih jauh dari selesai"
Baca juga: Istilah yang digunakan kala pandemi selesai tunggu pernyataan WHO
Baca juga: Istilah yang digunakan kala pandemi selesai tunggu pernyataan WHO
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022