Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah pada tahap awal merencanakan
program pengalihan minyak tanah ke elpiji di empat wilayah yakni DKI
Jakarta, Batam, Bali dan Makassar.
Direktur Bahan Bakar Minyak (BBM) Badan Pengatur Kegiatan Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Adi Subagyo kepada pers di Jakarta, Senin mengatakan, keempat wilayah itu memiliki ketersediaan infrastruktur pemanfaatan elpiji yang sudah lengkap.
"Tapi, ini masih konsep. Belum diputuskan," katanya.
Menurut dia, sesuai konsep, harga minyak tanah di empat wilayah yang saat ini ditetapkan Rp2.000 per liter secara otomatis akan dinaikkan.
Sedang, di luar empat wilayah, harga minyak tanah tetap Rp2.000 per liter.
Berdasarkan konsep itu lanjutnya, pemerintah akan menarik kompor minyak tanah dan menggantinya dengan kompor elpiji.
Pemerintah juga merencanakan akan memberikan subsidi bagi pembelian kompor elpiji.
"Tabung elpiji akan diproduksi secara masal dengan ukuran yang lebih kecil antara 3-4 kg, sehingga baik harga tabung dan maupun elpiji tidak terlalu mahal," katanya.
Mengenai waktu pelaksanaan, menurut Adi, pemerintah akan melaksanakan program secara bertahap dan setelah masyarakat benar-benar siap.
Ia mengatakan, pemerintah terutama akan melihat sisi negatif penerapan program tersebut seperti keberadaan agen dan pangkalan, kesiapan tabung, ketersediaan stok, kepastian impor, dan peningkatan subsidi apabila harga
elpiji mengalami kenaikan.
"Selain itu, kebiasaan masyarakat seperti pemakaian petromaks dan lampu teplok juga perlu dipertimbangkan. Jadi, memang diperlukan kerja keras guna mencapai target program ini," katanya.
Adi menambahkan, berdasarkan kajian BPH Migas, masyarakat memang akan lebih menguntungkan memakai elpiji ketimbang minyak.
Sebab, nilai kalori satu kg elpiji setara dengan tiga liter minyak tanah.
Kalau harga elpiji per kg sekarang ini sebesar Rp4.250, lanjutnya, maka akan jauh lebih murah ketimbang tiga liter minyak dengan harga Rp6.000.
"Selain itu, elpiji juga lebih bersih lingkungan," katanya.
Mengenai briket batubara, menurut dia, pemanfaatannya kurang efektif, selain karena harga minyak tanah masih rendah, juga kurang cocok bagi konsumsi rumah tangga.
Saat ini, kapasitas produksi elpiji Indonesia mencapai 2,605 juta ton yang terdiri dari Pangkalan Brandan 92 ribu, Dumai 140 ribu, Jabung 72 ribu, Musi 55 ribu, Cilacap 277 ribu, Balongan 396 ribu, Mundu 55 ribu, Arjuna 230 ribu, Tanjung Santan 90 ribu, Balikpapan 204 ribu, Bintan satu
juta, dan Arar 14 ribu.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006