New York (ANTARA) - Indeks-indeks utama Wall Street merosot pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), dengan Nasdaq mencapai penutupan terendah tahun ini, karena investor bergulat dengan data ekonomi beragam, meningkatnya kasus COVID di China, dan ketegangan geopolitik menuju tahun 2023.

Indeks Dow Jones Industrial Average terpangkas 365,85 poin atau 1,10 persen, menjadi menetap di 32.875,71 poin. Indeks S&P 500 tergelincir 46,03 poin atau 1,20 persen, menjadi berakhir di 3.783,22 poin. Indeks Komposit Nasdaq jatuh 139,94 poin atau 1,35 persen, menjadi ditutup di 10.213,29 poin.

Semua 11 indeks sektor utama S&P 500 berakhir di zona merah, dengan sektor energi mengalami penurunan terbesar, jatuh lebih dari 2,2 persen karena kekhawatiran atas permintaan di China membebani harga minyak.

Komposit Nasdaq berakhir di posisi terendah sejak bear market dimulai pada November 2021 setelah indeks mencapai rekor tertinggi. Terakhir kali Nasdaq berakhir lebih rendah pada Juli 2020. Penutupan terendah sebelumnya untuk 2022 adalah 10.321,388 pada 14 Oktober.

"Tidak ada reli Santa tahun ini. Kondisi tidak ramah muncul Desember ini untuk investor," kata Kepala Eksekutif AXS Investments, Greg Bassuk, ​​​​​​di Port Chester, New York.

Baca juga: Wall Street beragam, Indeks Nasdaq jatuh 144,64 poin

Desember biasanya merupakan bulan yang kuat untuk ekuitas, dengan reli di minggu setelah Natal. "Biasanya 'Reli Sinterklas' dipicu oleh harapan faktor yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan pasar," kata Bassuk.

"Data ekonomi yang negatif dan beragam, kekhawatiran yang lebih besar seputar kemunculan kembali COVID dan ketegangan geopolitik yang sedang berlangsung dan ... semua itu juga menerjemahkan kebijakan Fed, semuanya menghambat kemunculan Sinterklas pada akhir tahun ini."

Investor telah menilai langkah China untuk membuka kembali ekonominya yang terpukul COVID karena infeksi melonjak.

"Dengan kombinasi kasus yang meningkat saat ini dengan pembukaan pembatasan China, kami melihat investor khawatir bahwa konsekuensinya akan menyebar ke berbagai industri dan sektor seperti yang terjadi pada periode COVID sebelumnya," kata Bassuk.

Indeks acuan S&P 500 telah anjlok 20 persen sejauh tahun ini, di jalur kerugian tahunan terbesar sejak krisis keuangan 2008. Kekalahan lebih parah untuk indeks Komposit Nasdaq yang padat teknologi, yang ditutup pada level terendah sejak Juli 2020.

Baca juga: Harga emas jatuh 7,30 dolar, tertekan ambil untung pasca-dolar menguat

Sementara data baru-baru ini menunjukkan pelonggaran tekanan inflasi telah mendukung harapan kenaikan suku bunga yang lebih kecil oleh Federal Reserve (Fed), pasar tenaga kerja yang ketat dan ekonomi Amerika yang tangguh telah memicu kekhawatiran bahwa suku bunga bisa tetap lebih tinggi lebih lama.

Pasar sekarang memperkirakan peluang 69 persen untuk kenaikan suku bunga 25 basis poin pada pertemuan bank sentral AS Februari dan memperkirakan suku bunga memuncak di 4,94 persen pada paruh pertama tahun depan.

Saham Tesla Inc naik 3,3 persen dalam perdagangan berombak, sehari setelah mencapai level terendah dalam lebih dari dua tahun. Saham Tesla jatuh hampir 69 persen untuk tahun ini.

Southwest Airlines Co merosot 5,2 persen sehari setelah maskapai itu mendapat kecaman dari pemerintah AS karena membatalkan ribuan penerbangan.

Apple Inc, Alphabet Inc, dan Amazon.com Inc turun antara 1,5 persen hingga 3,1 persen, karena imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun pulih dari penurunan singkat menjadi naik untuk sesi ketiga berturut-turut.

Volume perdagangan di bursa AS mencapai 8,59 miliar saham, dibandingkan dengan rata-rata 11,3 miliar untuk sesi penuh selama 20 hari perdagangan terakhir.

Baca juga: Saham Tesla anjlok, dipicu kekhawatiran permintaan di China

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022