Atambua (ANTARA News) - Tarif angkutan darat dari pintu perbatasan Nusa Tenggara Timur (NTT) Motain ke Timor Timur pulang pergi (PP) melonjak tajam, akibat kelangkaan kendaraan dan adanya pemblokiran jalan dari Timor Timur ke Motain, wilayah Timor bagian barat, Nusa Tenggara Timur (NTT). Tarif angkutan dari Motain ke Dili, Timor Timur (Timtim) misalnya, yang sebelumnya hanya 10 dolar Amerika Serikat, meningkat hingga 50-70 dolar AS, kata salah seorang warga yang baru tiba dari Dili, Zakarias, di Motain, Belu, Senin. Kondisi ini mengakibatkan, sebagian warga yang meninggalkan Dili menuju pintu perbatasan Motain untuk masuk ke wilayah Indonesia, harus berjalan kaki dengan menempuh perjalanan puluhan kilometer. "Hanya ada satu dua kendaraan saja yang beroperasi melayani rute kota Dili dan beberapa distrik di Timor Timur ke Motain. Kendaraan lain masih takut keluar kota, selain karena kelangkaan bahan bakar minyak (BBM)," katanya. Menurut dia, banyak sekali warga negara Timor Timur yang hendak meninggalkan Timor Timur karena merasa tidak nyaman setelah kerusuhan 28 April lalu yang dilakukan oleh para tentara yang dipecat dari kesatuan pada Maret lalu. Saat ini, kata dia, Kota Dili bagai kota mati karena sebagian besar penduduk meninggalkan kota untuk pulang ke distrik-distrik di luar Kota Dili. Toko-toko dan rumah-rumah makan juga hanya satu-dua saja yang masih buka. Mengenai taksi dalam kota, semula untuk perjalanan jauh dekat 5-10 dolar AS, tetapi saat ini naik menjadi 40-50 dolar US. Kepala Operasional KBRI Dili, Primanto Hendrasmoro dalam perbincangan dengan wartawan di Motain mengakui adanya kelangkaan BBM di negara itu, tetapi menolak menjelaskan kenaikan tarif angkutan dalam maupun luar Kota Dili. "Kami juga kebetulan berada di Motain sehingga setelah menyelesaikan beberapa urusan di perbatasan, kami akan ke Kota Atambua untuk mengisi bahan bakar sebelum kembali ke Dili," kata Primanto. Mengenai penutupan Bandara Comoro Dili, dia mengatakan, informasi itu tidak benar. Bandara Comoro tetap dibuka untuk melayani para penumpang yang hendak bepergian dengan menggunakan transportasi udara. "Bandara Comoro tetap dibuka, tidak ada penutupan bandara. Pesawat Merpati juga tetap beroperasi seperti biasa," katanya. Menurut dia, memang terjadi peningkatan permintaan untuk menggunakan pesawat udara dalam sepekan terakhir ini tetapi tidak ditutup. Dari perbatasan Metamasin, dilaporkan sebuah mobil Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terpaksa meminta izin kepada para petugas Indonesia untuk membeli bahan bakar di Atambua pada Sanin (8/5). "Tadi ada sebuah mobil PBB yang membawa tiga pekerja PBB di Timor Timur diizinkan masuk melalui pintu Metamasin untuk membeli bahan bakar minyak (BBM) di Atambua. Kami izinkan karena mereka adalah pekerja PBB," kata seorang Pasukan Pengamanan Perbatasan (Pamtas).(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006