Yen juga berada di bawah tekanan di tengah lebih banyak sinyal dari bank sentral Jepang (BoJ) bahwa perubahan kebijakan yang mengejutkan minggu lalu bukanlah awal dari penghapusan stimulus.
Pada pukul 07.35 GMT, indeks dolar, yang melacak greenback terhadap sekeranjang enam mata uang lainnya, sebagian besar diperdagangkan datar di 103,870, di atas level terendah sejak pertengahan Juni di 103,44 yang terlihat pada 14 Desember.
Dolar menguat 0,3 persen menjadi 133,86 di perdagangan Asia, memantul kembali setelah turun menyentuh 134,40 untuk pertama kalinya sejak 20 Desember, ketika BoJ membuat pasangan ini melonjak lebih rendah dengan pelonggaran tak terduga dari rentang kebijakan imbal hasil obligasi pemerintah Jepang 10 tahun.
Ringkasan pendapat dari pertemuan BoJ yang dirilis Rabu, menunjukkan para pembuat kebijakan mendukung kelanjutan kebijakan ultra-akomodatif, bahkan ketika mereka membahas prospek pertumbuhan negara yang dapat melihat pertumbuhan upah lebih tinggi dan inflasi yang berkelanjutan tahun depan.
"Pada dasarnya menegaskan bahwa kejutan BoJ dari minggu lalu adalah satu kali, tetapi dari sudut pandang jangka panjang tidak ada yang mempercayainya," kata Osamu Takashima, kepala strategi valas G10 di Citigroup Global Markets Jepang, yang memperkirakan dolar-yen jatuh melampaui 130 pada paruh kedua tahun depan.
"Tapi dalam waktu dekat, dolar-yen memantul kembali," katanya. "Sekarang, pasar memperkirakan pemulihan yang solid dalam ekonomi China," dan harapan itu telah mengangkat imbal hasil obligasi, mendukung dolar-yen, tambahnya.
Baca juga: Dolar dibuka naik tipis di Asia, terkerek imbal hasil obligasi menguat
Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun, yang cenderung memiliki korelasi tinggi dengan pasangan dolar-yen, berada di 3,8506 persen di Tokyo, tidak jauh dari tertinggi 1,5 bulan di 3,862 persen yang dicapai semalam.
Mata uang Jepang juga melemah pada persilangan, dengan euro naik 0,51 persen menjadi 142,70 yen, juga tertinggi satu minggu. Dolar Australia melonjak 0,62 persen menjadi 90,40 yen, puncak satu minggu lainnya.
Indeks dolar melanjutkan konsolidasinya setelah meluncur ke level terendah sejak pertengahan Juni di 103,44 pada 14 Desember, hari ketika Federal Reserve memperlambat kenaikan suku bunga menjadi setengah poin.
Pejabat Fed termasuk Ketua Jerome Powell telah menekankan sejak itu bahwa pengetatan kebijakan akan diperpanjang, dengan suku bunga terminal yang lebih tinggi, memicu kekhawatiran perlambatan AS.
"Dolar berada dalam situasi yang sangat menarik," kata Bart Wakabayashi, manajer cabang di State Street di Tokyo.
"Jika kita mengalami resesi di AS, The Fed harus memangkas suku bunga, dan jelas Anda ingin menjual dolar," katanya. "Pada saat yang sama, jika ada resesi global, orang akan membeli dolar sebagai tempat yang aman. Jadi dolar berada dalam sedikit teka-teki, dan Anda harus benar-benar berhati-hati dengan mata uang apa yang Anda beli atau jual."
Di tempat lain, euro menguat 0,1 persen menjadi 1,0650 dolar, tetap dalam kisaran perdagangan terbatas tanpa rilis data utama untuk euro dalam dua minggu ke depan, setidaknya sampai angka IHK Jerman untuk Desember di awal Januari.
Sterling naik 0,2 persen menjadi 1,2044 dolar, tepat di atas level terendah bulan ini di 1,1993 dolar yang dicapai pada 22 Desember.
Dolar Australia yang sensitif terhadap risiko naik 0,5 persen menjadi 0,6763 dolar AS, melayang ke atas kisaran perdagangannya sejak 16 Desember.
Baca juga: Dolar cenderung datar, dipicu pelonggaran aturan COVID di China
Baca juga: Dolar jatuh karena selera risiko meningkat, Aussie dan Kiwi melonjak
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2022