Depok (ANTARA) - Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia (SIL UI) bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Lingkungan dan Teknologi Bersih (PRLTB), Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan, merumuskan berbagai solusi melalui kolaborasi riset dan inovasi di bidang lingkungan.
Kolaborasi ini ditandai dengan penandatanganan kerja sama yang diwakili oleh Kepala PRLTB, Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan, Dr Sasa Sofyan Munawar dan Wakil Direktur SIL UI, Dr Dony Abdul Chalid, S.E., M.M.
"Ini merupakan langkah awal dari SIL dan BRIN untuk bisa mewujudkan karya nyata dan memberikan manfaat satu dengan yang lainnya," kata Dr Dony dalam keterangannya di Depok, Rabu.
Baca juga: UI ciptakan teknologi SPAH ubah air hujan menjadi air minum
Menurut Dr Dony, kedua institusi ini memiliki kesamaan visi dan misi dalam menciptakan lingkungan hidup yang lebih sehat. Perjanjian kerja sama di antara keduanya menunjukkan adanya kolaborasi dalam menjajaki berbagai kegiatan, khususnya terkait komitmen dengan universitas luar dan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang harus diperkuat.
Kerja sama ini nantinya dapat dikembangkan dan diperluas melalui klaster riset SIL UI. Delapan klaster riset yang dimiliki SIL UI, meliputi Biodiversitas untuk Keberlanjutan Sumber Daya Alam, Pengelolaan Kualitas dan Risiko Lingkungan, Penataan Ruang dan Pembangunan Kawasan Berorientasi Transit, Inovasi Hijau.
Selanjutnya, Produksi-Konsumsi Berkelanjutan dan Energi Terbarukan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan untuk Pengurangan Risiko Bencana, Ekonomi Lingkungan untuk Pembangunan Berkelanjutan, Interaksi, Pemberdayaan Masyarakat, dan Lingkungan Sosial, serta Perubahan Iklim (dalam proses Surat Keputusan).
Dr Sasa dalam kesempatan itu menyebutkan bahwa kolaborasi kedua lembaga ini merupakan langkah nyata yang strategis. Hal ini karena pola pendanaan BRIN harus dimanfaatkan tidak hanya oleh periset BRIN, tetapi juga periset di seluruh Indonesia.
Baca juga: SIL UI kembangkan aplikasi "Lapor Banjir Depok"
Baca juga: SIL UI berdayakan warga olah cangkang kerang jadi bernilai ekonomi
"Sejak Agustus lalu, BRIN harus mempunyai kolaborasi, baik itu dengan perguruan tinggi, pemerintah daerah, maupun industri. Saat ini, hampir semua kelompok riset mempunyai mitra kolaborasi," kata Sasa.
Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan, BRIN membawahi delapan pusat riset, yaitu Rekayasa dan Genetika, Biosistematika dan Evaluasi, Ekologi dan Etnobiologi, Mikrobiologi Terapan, Zoologi Terapan, Biomassa dan Bioproduk, Lingkungan dan Teknologi Bersih, serta Konservasi Tumbuhan, Kebun Raya, dan Kehutanan.
Ada empat ruang lingkup kegiatan utama yang menjadi dasar kegiatan riset dan inovasi di organisasi ini, yaitu eksplorasi biodiversitas nusantara, konservasi in-Situ dan ex-Situ biodiversitas dan ekosistem, pemanfaatan biodiversitas nusantara, serta riset dan inovasi untuk pengembangan teknologi ramah lingkungan.
Pewarta: Feru Lantara
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022