Jakarta (ANTARA) - "Puss in Boots: The Last Wish" hadir di akhir tahun untuk memberikan hiburan ringan namun sarat akan pesan mengharukan bagi para penontonnya.
Puss in Boots adalah sosok kucing oranye yang sudah tidak asing lagi. Karakternya pertama kali muncul dalam film "Shrek 2" tahun 2017. Berpenampilan ala musketeer, lengkap dengan pedang, sepatu boots hitam dan topi dengan helaian bulu yang menjuntai.
Berkisah tentang seekor kucing bernama Puss (Antonio Banderas) yang memiliki sembilan nyawa. Dia sangat suka petualangan terutama yang berdekatan dengan bahaya. Merasa memiliki sembilan nyawa, Puss sangat percaya diri bahwa sosoknya melegenda dan tidak akan pernah mati.
Baca juga: "Enola Holmes 2": Perjuangan, cinta, dan kesetaraan
Puss memiliki kekuatan fisik yang luar biasa dan mahir menggunakan pedang, termasuk saat menyelamatkan sebuah kota kecil dari gangguan raksasa batu.
Akan tetapi, usaha mengalahkan raksasa tersebut membuat Puss kehilangan nyawanya sesaat. Dia kemudian terbangun di sebuah rumah sakit dan dinyatakan bahwa kesempatan hidupnya hanya tinggal satu kali lagi.
Dia pun tidak mempercayainya dan menganggap hanya sebagai lelucon saja, sampai tiba saatnya Puss bertemu dengan Wolf (Wagner Moura). Dalam sekali pertarungan pemanasan, Puss langsung takhluk. Bahkan, dia bergidik ketakutan ketika mendengar siulan Wolf.
Merasa tak bernyali, Puss pun kabur dan menghilang. Dia melarikan diri dan tinggal di sebuah penampungan kucing dan bertemu dengan Perrito (Harvey Guillen).
Sementara itu, Goldilocks (Florence Pugh) dan keluarga beruang mencari keberadaan Puss. Dia berniat menyewa Puss untuk mencuri peta yang dapat menemukan bintang keajaiban atau Mythical Last Wish, yang dapat mengabulkan sebuah permintaan.
Mendengar hal tersebut, Puss berniat untuk memilikinya sendiri agar bisa mendapatkan kembali sembilan nyawanya. Di sisi lain, dia juga bertemu dengan Kitty Softpaws (Salma Hayek), teman lamanya. Di sinilah petualangan penuh ujian dan mengharukan dimulai.
Baca juga: Kisah pembobolan bank paling rumit dalam "Way Down"
Animasi ramah anak
Film ini menyajikan warna-warna yang cerah dan menyenangkan untuk disaksikan anak-anak. Belum lagi karakter hewan-hewan yang menggemaskan dengan polah lucunya, membuat penonton enggan beralih.
Sejak awal petualangan, Puss, Perrito dan Kitty Softpaws memiliki sisi menariknya sendiri. Perrito yang selalu berpikir positif, Kitty selalu menaruh curiga dan Puss yang memiliki kepercayaan tinggi dan hanya memikirkan nama besarnya.
Uniknya, perbedaan sifat tersebut malah membuat ketiganya saling bahu-membahu untuk menemukan bintang keajaiban meski masing-masing telah memiliki impian, kecuali Perrito.
Baca juga: Film "Broker", potret gelap sekaligus hangat lewat konsep kotak bayi
Goldilocks bersama tiga beruang juga menjadi karakter yang menarik perhatian. Persahabatan antara manusia dan beruang ini membuat penonton terbawa pada suasana haru. Adegan demi adegan dalam "Puss in Boots: The Last Wish" juga mengingatkan penonton pada dongeng-dongeng masa lalu.
Meski film animasi ini menampilkan adegan-adegan aksi seperti pertarungan antara Puss dan Wolf atau Puss bersama Jack Horner (John Mulaney), tidak ada adegan kekerasan yang membuat anak-anak harus menutup mata sejenak. Semua dikemas dengan begitu apik, mengalir dan mudah dipahami oleh anak-anak sekalipun.
Baca juga: "Ngeri Ngeri Sedap", sebuah gambaran dinamika keluarga Indonesia
Sarat pesan
Petualangan Puss in Boots sebenarnya merupakan cerita dewasa, namun cukup relevan untuk anak-anak. Tak hanya itu, banyak pesan yang disampaikan dalam film garapan sutradara Joel Crawford ini.
"Puss in Boots: The Last Wish” menampilkan banyak karakter dan semuanya membawa pesan masing-masing seperti tentang pengkhianatan, pencarian jati diri, keluarga, persahabatan, rasa saling percaya dan mengalahkan musuh dalam diri sendiri. Isu-isu ini sebenarnya cukup dalam, namun pesannya dapat dipahami dengan mudah dan menyentuh karena disajikan dengan cara yang sangat ringan.
Karakter Puss pun digali habis-habisan. Di sini diperlihatkan bahwa sosok pahlawan pun tidak sempurna, tetap memiliki rasa takut dan ego yang besar.
Film ini sudah dapat disaksikan di bioskop dan sangat tepat untuk ditonton bersama keluarga sebagai hiburan akhir tahun.
Baca juga: Film "Broker", potret gelap sekaligus hangat lewat konsep kotak bayi
Baca juga: "He's All That" upaya sia-sia bangkitkan kenangan film 90-an
Baca juga: Atmosfer horor ala "The Medium"
Pewarta: Maria Cicilia Galuh Prayudhia
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022