Beijing/Shanghai (ANTARA) - Dalam menghadapi cepatnya gelombang infeksi COVID-19 di China, orang-orang memutar otak untuk menemukan solusi instan dengan bantuan tetangga dan aparat masyarakat.
Di Shanghai, dokter komunitas di Subdistrik Xietu, yang terletak di Distrik Xuhui, membatasi jumlah obat antipiretik dan analgesik maksimal tiga hari untuk setiap kalinya per pasien. Paket obat paling banyak dicari, antara lain Ibuprofen yang dibagi menjadi dua bagian untuk memenuhi kebutuhan obat sebenarnya bagi setiap pengobatan.
"Masuk akal bagi institusi medis untuk memecah dan mendistribusikan obat flu. Flu adalah penyakit yang umum dan sebagian besar obat flu tersedia sebagai obat bebas (tanpa resep) dengan harga murah. Jadi, jumlah obat flu dalam satu kemasan sering kali melebihi jumlah yang dibutuhkan untuk satu pengobatan," kata Zhong Mingkang, kepala apoteker di Rumah Sakit Huashan Afilisiasi Universitas Fudan.
Pusat layanan kesehatan masyarakat di Subdistrik Xietu saat ini melayani lebih dari 70.000 penduduk lokal, di mana lebih dari 16.000 di antaranya berusia 65 tahun ke atas, yang mendorong fasilitas tersebut menggagas ide mengemas ulang sumber daya medisnya.
"Praktik ini dapat menggunakan sumber daya yang ada saat ini secara lebih efisien dan memberi manfaat lebih banyak bagi pasien potensial di masa depan," jelas Zhong.
Selain itu, institusi medis akar rumput di seluruh China melakukan yang terbaik untuk memopulerkan penggunaan obat secara tepat, mencegah kepanikan publik, mengeluarkan obat di bawah bimbingan profesional, serta membatasi jumlah obat.
Seperti kata pepatah, tetangga dekat lebih baik daripada sepupu jauh. Di Distrik Fengtai, Beijing, warga daerah permukiman Caoqiaoxinyuan saling berbagi obat cadangan mereka selama masa sulit ini.
Beberapa tetangga yang baik hati di lingkungan itu mengirimkan obat penurun panas dan jeruk kepada seorang nenek bermarga Liu, setelah wanita lanjut usia itu meminta bantuan di grup pesan daring warga daerah permukiman tersebut.
Wang Shiyi, seorang pejabat di Subdistrik Yuquanying, Fengtai, tempat permukiman Liu berada, memuji perbuatan baik dan persatuan semacam itu.
"Subdistrik kami mendorong warga untuk saling membantu dengan berbagi obat-obatan cadangan dan alat tes antigen meskipun pasokan sementara terbatas. Semangat persatuan mereka dapat membantu menyelesaikan masalah secara instan di sekitar lingkungan tempat tinggal mereka," tutur Wang.
Tenaga kerja paling mobile di kota-kota besar China bergabung dalam upaya pemulihan kehidupan normal dalam menghadapi epidemi.
Sementara itu, Ma Liang, kepala pusat pengiriman Meituan Waimai di Huanqiugang, Shanghai, kini memprioritaskan pesanan toko obat dibandingkan pesanan makanan yang jumlahnya meningkat. Meituan Waimai merupakan platform pengiriman makanan terkemuka China.
Sejak akhir November, pusat pengiriman tersebut mengalami lonjakan pesanan makanan hingga 40 persen dibandingkan hari-hari biasa. Namun, banyak staf yang jatuh sakit karena pandemi COVID-19. Saat ini, kurang dari 70 persen dari total kurir di pusat pengiriman tersebut menanggung beban pesanan daring yang jumlahnya meroket.
"Mereka yang membuat pesanan toko obat sering kali adalah pasien yang terinfeksi virus corona baru dan sangat memerlukan obat. Oleh karena itu, kami akan mengirimkan pesanan tersebut terlebih dahulu," kata Ma.
Sektor kurir juga menerapkan langkah serupa. Kurir ZTO Express di Xuhuinan, Shanghai, sekarang memilih paket yang dikirim dari toko obat dan memprioritaskannya sehingga paket tersebut dapat dikirim lebih dahulu.
"Ini hanya upaya kecil. Meskipun ledakan pesanan akan berlanjut selama beberapa waktu ke depan, saya yakin kita dapat bertahan selama kita saling pengertian dan saling membantu," kata Wang Jin, seorang kurir Meituan di Shanghai.
Pewarta: Xinhua
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2022