Kampala (ANTARA) - Volume ekspor kopi Uganda turun sebesar 15 persen pada November dibandingkan periode yang sama tahun lalu, karena kekeringan mengurangi hasil panen di beberapa daerah, kata regulator sektor pemerintah Otoritas Pengembangan Kopi Uganda (UCDA).
Negara Afrika timur tersebut merupakan pengekspor kopi terbesar kedua di Afrika dan pendapatan dari hasil panen merupakan sumber devisa utama.
Pengiriman pada November mencapai 447.162 kantong berisi 60 kilogram, angka yang menunjukkan jumlah 15 persen lebih rendah dibandingkan volume yang diekspor pada bulan yang sama tahun lalu, kata UCDA dalam sebuah laporan.
Penurunan ekspor, kata UCDA, diakibatkan oleh "kekeringan di sebagian besar wilayah selama dua tahun berturut-turut yang menyebabkan meningkatnya insiden hama dan penyakit seperti penggerek ranting kopi dan penyakit lepuh merah."
Penggerek ranting adalah kumbang yang tumbuh subur dalam kondisi kering, yang menjadi lebih umum dalam beberapa tahun terakhir dan dapat menjadi ancaman yang lebih besar sebagai akibat dari perubahan iklim.
Pertama kali terdeteksi di Uganda pada 1993, penggerek ranting membuat alur kecil di ranting pohon kopi dan bertelur di sana. Kemudian menginfeksi ranting dengan jamur yang menyebabkan daun dan ranting layu dan mati.
Sumber: Reuters
Baca juga: Dubes RI undang pengusaha Uganda hadiri Trade Expo Indonesia 2022
Baca juga: Indonesia dorong upaya perjanjian PTA dengan Uganda
Penerjemah: Aria Cindyara
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2022