Jakarta (ANTARA) - Ketua MUI Bidang Fatwa Asrorun Niam memandang sosok Ichwan Sam sebagai seorang administrator ulung yang mampu menata dan memodernisasi organisasi besar seperti Nahdlatul Ulama dan MUI.

"Begitu mendengar kabar wafatnya Mas Ichwan, saya langsung terbayang sosok administrator yang menata dan memodernisasi organisasi besar NU dan MUI, sosok yang supel, bekerja dalam diam, dan mentor yang membimbing, mengayomi, dan mengkader banyak orang," ujar Niam dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin.

Ichwan merupakan Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode 1990-1994 dan Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) periode 2005-2015. Ia meninggal pada Ahad (25/12) pukul 11.00 WIB.

Niam mengaku sudah mengenal sosok Ichwan sejak 1996 saat terlibat dalam majalah MUI, Mimbar Ulama. Niam juga diminta membantu berbagai kegiatan MUI, terlebih yang terkait dengan publikasi, kesekretariatan, dan penyusunan materi kegiatan.

Baca juga: Wapres takziah ke rumah duka almarhum mantan Sekjen MUI Ichwan Sam

Baca juga: Asrorun Niam hormati keputusan Miftachul Akhyar mundur dari Ketum MUI

"Mas Ichwan rajin membimbing, dengan memberikan arahan, mengajak diskusi, memberikan penugasan, hingga mengoreksi tugas yang sudah saya selesaikan. Koreksinya detail, hingga redaksi dan tanda baca yang sangat kecil," kata dia.

Dari keredaksian tersebut, Niam mengaku belajar banyak hal kepada Ichwan, mulai soal organisasi, tertib administrasi, komunikasi sosial, persahabatan, menjaga harmoni dan keseimbangan dalam tata pergaulan organisasi, hingga kedisiplinan.

Di sisi lain, Ichwan Sam juga dikenal sebagai salah satu aktor dalam modernisasi tata persuratan organisasi dan terlibat dalam proses kembalinya NU ke khittah. Di MUI, Ichwan meninggalkan warisan pemapanan organisasi MUI sebagai pelayan umat dan mitra pemerintah.

Almarhum juga, kata Niam, menjadi aktor pendirian Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI, lembaga otonom MUI yang khusus mengurusi fatwa ekonomi dan keuangan syariah.

"Hampir seluruh hidupnya didedikasikan untuk perjuangan lewat organisasi," ujarnya.

Niam juga mengenal sosok almarhum sebagai sosok yang aktif bekerja dalam diam. Produk organisasi diarsipkan dan ditata serta didokumentasikan dengan sangat baik.

Namun, sosoknya tidak larut dalam hingar bingar panggung publik, sehingga meski peran organisasinya luar biasa, tetapi namanya di publik tidak setenar aktivis organisasi yang lain.

"Ada dua pelajaran penting yang diperoleh dari almarhum dalam berorganisasi, khususnya saat berkhidmah di NU dan MUI. Pertama, komitmen untuk merawat kader dan menjaga harmoni. Kedua, menghindarkan diri dari konfrontasi dan konflik," kata dia.*

Baca juga: SE pengeras suara seimbangkan antara syiar dan rawat keharmonisan

Baca juga: MUI: Platform metaverse Kabah hanya sebagai simulasi ibadah haji

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022