Surabaya (ANTARA News) - Analis politik dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Muhammad Asfar MSi, menyarankan agar Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menjadi oposisi secara total saja dan jangan menggunakan oposisi loyal.
"Jangan pakai oposisi loyal atau oposisi konstitusional, tapi jadi saja oposisi total, karena pemerintahan yang baik memang perlu check and balance," katanya kepada ANTARA di Surabaya, Senin pagi.
Direktur Pusat Studi Demokrasi dan HAM (PuSDeHAM) Surabaya tersebut mengemukakan hal itu menanggapi pernyataan Ketua DPP PDIP, Ir Soetjipto, usai menutup Rakornas PDIP se-Indonesia di Surabaya (7/5).
"Orang yang apriori saja kalau menganggap kami sekedar beroposisi, padahal kami menjalankan oposisi konstitusional. Itu (oposisi konstitusional) bukan soal loyal atau tidak kepada pemerintah, tapi kami menagih konsistensi pemerintah kepada rakyat sebagaimana dijanjikan dalam kampanye," kata Soetjipto.
Menurut Asfar, oposisi itu tidak perlu dikaitkan dengan apakah pemerintah memenuhi janji semasa kampanye atau tidak, tapi langsung saja mengeritisi kebijakan yang merugikan rakyat.
"Jadi, oposisi itu bukan melihat kesesuaian antara janji dalam kampanye dengan realisasi, tapi lihat saja, apakah kebijakan pemerintah itu sesuai dengan aspirasi rakyat atau tidak. Kalau tidak menguntungkan rakyat, ya kritik saja," katanya.
Ditanya kaitan sikap oposisi PDIP dengan jumlah kekuatan di DPR/DPRD, dosen Fisip Unair Surabaya itu menyatakan oposisi itu jangan dikaitkan dengan jumlah kekuatan, tapi oposisi dalam fungsi.
"Oposisi dalam fungsi itu tidak melihat apakah sebanding dengan kursi di DPR/DPRD, tapi fungsi untuk mengeritisi kebijakan yang merugikan rakyat. Misalnya, soal kenaikan BBM, jangan dikritik karena merupakan janji SBY, tapi apakah merugikan rakyat atau tidak," katanya.
Ia menilai budaya oposisi total sudah ada sejak zaman kerajaan di Indonesia.
"Di zaman kerajaan ada pepe (menjemur diri pada sinar matahari) yang dilakukan rakyat untuk memprotes raja. Jadi, kalau mau oposisi, ya langsung saja," katanya.
Bahkan, katanya, jika PDIP konsisten beroposisi sepenuhnya akan menguntungkan PDIP dalam jangka panjang.
"Oposisi akan menguntungkan rakyat dan dalam jangka panjang akan menguntungkan PDIP. PKS pernah melakukan seperti itu," katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2006