Moskow (ANTARA) - Rubel Rusia melemah pada awal perdagangan Jumat, memotong sedikit pemulihan di sesi sebelumnya karena kekhawatiran atas sanksi minyak dan gas membuat pasar gelisah, meskipun mendapat beberapa dukungan dari periode pajak akhir bulan.
Pada pukul 07.06 GMT, rubel melemah 0,8 persen terhadap dolar menjadi diperdagangkan di 69,74, tergelincir kembali ke level terlemah sejak 28 April di 72,6325, yang dicapai di sesi sebelumnya.
Mata uang Rusia telah kehilangan 0,4 persen untuk diperdagangkan pada 73,87 versus euro, dan tergelincir 1,0 persen terhadap yuan menjadi 9,87.
Volume perdagangan yuan-rubel melebihi 15 miliar yuan pada Kamis (22/12/2022), sebuah rekor di Moscow Exchange. Rusia akan mulai membeli yuan di pasar tahun depan jika pendapatan minyak dan gas memenuhi ekspektasi, kata dua sumber kepada Reuters, sebuah laporan yang kemudian dikonfirmasi oleh Menteri Keuangan Anton Siluanov.
Kegelisahan pasar atas dampak embargo minyak dan pembatasan harga telah membuat rubel jatuh dalam beberapa hari terakhir, dengan kerugian mingguan melebihi 15 persen di titik terlemahnya pada Kamis (22/12/2022).
Siluanov mengatakan bahwa pemulihan impor, yang telah runtuh karena negara-negara Barat memberlakukan sanksi keras terhadap Moskow atas tindakannya di Ukraina, juga berada di balik penurunan mata uang tersebut.
Minyak mentah Brent, patokan global untuk ekspor utama Rusia, naik 0,9 persen menjadi diperdagangkan 81,7 dolar AS per barel.
Para analis memperkirakan rubel menemukan pijakan minggu depan ketika pajak akhir bulan, yang biasanya membuat eksportir Rusia mengubah pendapatan valas mereka untuk membayar kewajiban lokal, akan jatuh tempo.
Indeks saham Rusia lebih rendah. Indeks RTS berdenominasi dolar turun 1,0 persen menjadi diperdagangkan di 960,1 poin. Indeks MOEX Rusia berbasis rubel diperdagangkan 0,2 persen lebih rendah pada 2.117,9 poin.
Baca juga: Rubel jatuh dekati level terendah delapan bulan terhadap dolar
Baca juga: Rubel perpanjang penurunan tertekan kekhawatiran sanksi minyak dan gas
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022