Jakarta (ANTARA) - Direktur Utama BPDPKS Eddy Abdurachman memproyeksikan pertumbuhan produksi sawit pada 2023 akan mengalami kenaikan dan akan berkontribusi 32 persen terhadap minyak dan lemak (oil and fats) global.
Penyerapan CPO, menurut dia, juga akan terus didukung oleh permintaan dalam negeri yang didorong peningkatan volume biodiesel sebesar 10,67 juta KL di tahun 2022 melalui program mandatori.
"Dengan akan diberlakukan program B35 kira-kira volume akan diserap nanti sebagai bahan baku biodiesel 13,5 juta KL," ungkapnya dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis.
Kemudian, lanjutnya, pemerintah tahun ini sempat melakukan larangan ekspor dan memberlakukan DMO (domestic market obligation) dan DPO (domestic price obligation) yang mengakibatkan penurunan ekspor sawit.
Baca juga: BPDPKS sebut pada 2023, RI bakal terapkan BBM campur sawit 35 persen
Namun demikian, saat ini keran ekspor sawit kembali dibuka, sehingga ia melihat ekspor sawit kembali normal dan memproyeksikan pada 2023 mendatang ekspor sawit berada pada kisaran 36-38 juta metrik ton (MT).
Sementara terkait harga, Eddy menuturkan dengan diberlakukannya biodiesel B35 tahun depan, maka pertengahan 2023, CPO berada pada kisaran 970 miliar dolar AS per MT.
"Ini sekedar proyeksi dilakukan oleh BPDPKS," tambahnya.
Adapun, ia sempat membeberkan rencana pemerintah Indonesia yang akan mengimplementasikan BBM solar yang dicampur dengan minyak sawit sebesar 35 persen atau disebut B35, pada 1 Januari 2023.
Pihaknya juga mencatat sektor sawit di Indonesia yang melibatkan 2,4 juta petani swadaya dan 16 juta tenaga kerja mampu mendorong PDB di sektor perkebunan pada angka yang positif, sehingga PDB Indonesia di kuartal III 2022 dapat bertumbuh positif di angka 5,72 persen.
Baca juga: BPDPKS ungkap terjadi penurunan ekspor volume CPO pada 2022
Baca juga: BPDPKS: Perlu inovasi program perbaikan perkebunan sawit rakyat
Pewarta: Sinta Ambarwati
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2022