Sydney (ANTARA) - Pasar saham Asia meningkat pada awal perdagangan Kamis pagi, setelah data konsumen AS yang positif menyemangati investor Wall Street, sementara yen menambah kenaikan besar-besaran baru-baru ini karena imbal hasil obligasi Jepang bergeser ke kisaran baru yang lebih tinggi.
Yang mengejutkan, kepercayaan konsumen AS naik ke level tertinggi delapan bulan pada Desember karena pasar tenaga kerja tetap kuat. Ekspektasi inflasi turun menjadi 6,7 persen, terendah sejak September 2021, berkat penurunan harga gas.
Itu membantu memicu reli di Wall Street dengan indeks S&P 500 berjangka dan Nasdaq berjangka sama-sama menambahkan 0,3 persen lagi di perdagangan Asia pada Kamis pagi.
EUROSTOXX 50 berjangka naik 0,1 persen dan FTSE berjangka menguat 0,3 persen, meskipun turnover diperlemah oleh jeda musiman yang biasa.
Indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang menguat 1,1 persen, sementara indeks saham unggulan China terangkat 0,75 persen.
Nikkei Jepang naik tipis 0,2 persen setelah pemerintah negara itu merevisi perkiraan pertumbuhannya untuk tahun fiskal berikutnya di tengah harapan pengeluaran bisnis yang lebih tinggi dan kenaikan upah yang substansial.
Investor terus bergulat dengan konsekuensi dari keputusan mengejutkan bank sentral Jepang (BoJ) untuk memungkinkan imbal hasil obligasi pemerintah Jepang (JGB) naik minggu ini, membuat banyak orang menganggap pengetatan kebijakan hanya masalah waktu.
Imbal hasil obligasi pemerintah bertenor sepuluh tahun telah melonjak 23 basis poin sejauh minggu ini menjadi 0,480 persen, tertinggi sejak Juli 2015 dan tidak jauh dari batas atas baru BoJ sebesar 0,5 persen.
"Lonjakan imbal hasil dan penguatan yen lebih lanjut akan menurunkan nilai aset yang dimiliki oleh investor Jepang," catat analis di Capital Economics.
"Perusahaan asuransi akan paling terpengaruh oleh penurunan harga obligasi, sedangkan dana pensiun paling banyak mengalami kerugian dari nilai tukar yang lebih kuat. Namun, kami ragu bahwa hasil investasi yang lebih rendah membawa risiko sistemik."
Capital juga sekarang memperkirakan dolar turun menuju 125 yen tahun depan. Dolar sudah turun pada 131,93 yen, setelah jatuh 3,5 persen untuk minggu ini, meskipun telah menemukan beberapa dukungan di sekitar 130,40.
Euro juga kehilangan 3,6 persen terhadap yen untuk minggu ini di 140,11. Dengan semua aksi dalam yen, euro menguat terhadap dolar di 1,0622 dolar.
Sterling kurang beruntung setelah pinjaman pemerintah Inggris mencapai rekor pada November dan pemogokan di seluruh negeri menggelapkan prospek ekonomi Inggris. Pound diperdagangkan di 1,2082 dolar setelah mencapai level terendah tiga minggu semalam.
Kemunduran dolar telah menjadi keuntungan bagi emas, yang sejauh ini naik 1,4 persen dalam seminggu di 1.818 dolar AS per ounce.
Harga minyak menguat setelah data menunjukkan penarikan stok minyak mentah AS yang lebih besar dari perkiraan, meskipun badai salju besar diperkirakan menyelimuti sebagian besar Amerika Serikat dan menekan permintaan bahan bakar terkait perjalanan.
Brent naik 34 sen menjadi diperdagangkan di 82,54 dolar AS per barel, sementara minyak mentah AS naik 44 sen menjadi diperdagangkan di 78,73 dolar AS per barel.
Baca juga: Kenaikan suku bunga hentikan kemeriahan pasar saham Asia
Baca juga: Saham Asia jatuh karena yen melonjak setelah perubahan kebijakan BoJ
Baca juga: Saham Asia sebagian besar turun, investor pertanyakan pembukaan China
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022