Tokyo (ANTARA) - Yen melemah terhadap dolar di awal perdagangan Asia pada Selasa pagi, menjelang pengumuman kebijakan bank sentral Jepang (BoJ) di kemudian hari, dengan bank sentral secara luas diperkirakan mempertahankan pengaturan stimulus ultra-longgar.

Greenback juga naik ke level tertinggi satu minggu terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya, didukung oleh imbal hasil obligasi pemerintah AS yang lebih tinggi karena investor terus mencerna pesan Federal Reserve tentang suku bunga yang lebih tinggi lebih lama.

Dolar Selandia Baru jatuh setelah penurunan besar dalam survei kepercayaan bisnis lokal. Namun, Aussie sedikit berubah setelah mengabaikan risalah dari pertemuan kebijakan terakhir bank sentral Australia, Reserve Bank of Australia (RBA).

"Pembaruan kebijakan Fed yang hawkish tetap segar di benak investor," mendukung imbal hasil AS dan dolar, tulis ahli strategi National Australia Bank Rodrigo Catril dalam catatan klien.

Pada saat yang sama, "konsolidasi adalah tema dalam valas" di tengah menipisnya likuiditas pasar menjelang musim liburan, tambahnya.

Dolar naik 0,37 persen menjadi 137,415 yen, dengan pasangan ini sangat sensitif terhadap perubahan imbal hasil jangka panjang AS, bergerak menuju ujung atas kisaran perdagangan bulan ini di 133,62-138,18.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun bertahan di level tertinggi satu minggu di 3,601 persen di perdagangan Tokyo.

Sementara BoJ ditetapkan untuk mempertahankan suku bunga ultra-rendah dan meyakinkan pasar bahwa tidak terburu-buru untuk menarik stimulus, konferensi media Gubernur BoJ Haruhiko Kuroda akan diawasi dengan cermat untuk petunjuk adanya penyesuaian kebijakan yang membayang menuju akhir masa jabatannya di musim semi.

Yen melonjak sebentar pada Senin (19/12/2022) setelah laporan media bahwa pemerintah tahun depan akan mempertimbangkan untuk merevisi pernyataan bersama dengan BoJ yang mengikat bank untuk memenuhi target inflasi 2,0 persen sesegera mungkin.

Indeks dolar - yang mengukur mata uang AS terhadap yen, euro dan empat mata uang utama lainnya - naik tipis 0,13 persen menjadi 104,75, mendekati tertinggi Senin (19/12/2022) di 104,93, yang merupakan level terkuat sejak 13 Desember.

Euro beringsut 0,07 persen lebih rendah menjadi 1,0601 dolar, menghapus sedikit kenaikan 0,23 persen pada Senin (19/12/2022) menyusul data sentimen bisnis Jerman yang positif. Pada awal sesi, euro telah mendekam di level terendah sejak 13 Desember di 1,05755 dolar.

Sterling datar di 1,21455 dolar, bertahan mendekati level terendah hampir dua minggu di sesi sebelumnya di 1,2120 dolar.

Aussie diperdagangkan 0,03 persen lebih lemah di 0,66965 dolar AS, berkonsolidasi di sekitar level tersebut sejak Kamis (15/12/2022) setelah mundur dari tertinggi tiga bulan minggu lalu di 0,6730 dolar AS.

Risalah rapat RBA pada 6 Desember, ketika pembuat kebijakan memilih kenaikan suku bunga seperempat poin, menunjukkan bahwa mereka juga mempertimbangkan kenaikan setengah poin dan jeda.

Risalah itu memperkuat "prospek ketidakpastian" untuk kebijakan, memberikan bobot tambahan pada dolar Australia, kata Sean Callow, ahli strategi di Westpac.

"Kegelisahan atas perubahan kebijakan COVID China yang serampangan juga tampaknya membatasi dolar Australia/dolar AS," tambahnya. "Tetapi dengan kondisi perdagangan yang menipis hingga akhir tahun, dolar Australia/dolar AS mungkin dapat stabil dan menghindari penembusan 0,6600 dolar AS."

Dolar Selandia Baru merosot 0,41 persen, menjadi diperdagangkan di 0,63380 dolar AS.

Baca juga: Risalah: Pelemahan yen picu bank sentral Jepang debat tekanan inflasi

Baca juga: Yen melonjak dipicu dugaan intervensi BoJ dan berupaya tahan kenaikan

Baca juga: Dolar anjlok terhadap yen, diduga BoJ intervensi jelang akhir pekan

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2022