sebanyak 104 kucing jantan liar dikastrasi (dikebiri) dalam upaya mengontrol populasi kucing liar di Balikpapan, Kalimantan Timur.

Balikpapan (ANTARA) - Minggu pagi, aula di belakang Gedung KNPI, Jalan Ruhui Rahayu, Balikpapan, Kalimantan Timur, biasanya ramai oleh acara walimah perkawinan. Tetamu dengan busana warna-warni menebar wangi, datang dan pergi. Aroma masakan menguar dari pojok meja-meja prasmanan.

Minggu pagi 18 Desember pun aula itu tetap ramai. Akan tetapi kali ini tidak ada hiasan dan tamu undangan berbusana warna-warna dan wangi. Awal pekan ini, Aula KNPI, tempat di mana ada empat lapangan bulu tangkis berjajar, jadi seperti toko hewan.

Berderet-deret kandang disusun, juga tas khusus untuk membawa hewan peliharaan. Kandang dan tas-tas itu berisi kucing-kucing yang sedang tidur.

Ada juga pojok di mana diletakkan hanya beberapa kandang yang juga berisi kucing-kucing. Di sini ada kucing yang tidur, ada yang seperti duduk menerawang, ada pula yang memperhatikan mereka yang lalu lalang.

“Hari ini kami dan kucing-kucing yang meramaikan,” kata Lina Indrapraja dari Koalisi Perlindungan Hewan Domestik Balikpapan (PHDB). Tentu juga lengkap dengan bau khas kucing dan makanannya.

Pada hari itu sebanyak 104 kucing jantan liar dikastrasi (dikebiri) dalam upaya mengontrol populasi kucing liar di Balikpapan, Kalimantan Timur.

PHDB menggelar bakti sosial. Kucing-kucing yang sedang tidur di dalam kandang dan tas tadi adalah kucing yang baru selesai menjalani kastrasi alias operasi kebiri. Mereka dibius.

“Kami potong testisnya, iya, bijinya itu,” ujar dokter hewan Mohammad Bisri dari Dinas Pangan, Pertanian, Perikanan, dan Kelautan Kota Balikpapan. Testis kucing ada di bawah ekornya, seperti bola kecil, atau seperti pentol bakso. Tentu saja, hanya kucing jantan yang punya testis.

Jadi, semua yang sedang tidur adalah kucing jantan. Dengan dipotong testisnya, jelas dokter Bisri, kucing jantan jadi lebih kalem, juga tidak lagi suka kencing di mana-mana.

Testis yang dipotong itu adalah tempat produksi testosteron, hormon yang mendorong produksi sperma, dan secara alamiah mendorong kucing jantan untuk mencari betina untuk dibuahi dan punya anak. Hormon itu juga bertanggung jawab atas agresivitas, naluri untuk mempertahankan wilayah dan betinanya.

Kalau testisnya dikebiri, kucing jantan juga tidak bisa lagi menghamili kucing betina. Dengan begitu populasi kucing liar bisa terkontrol.

Menurut Koordinator PHDB dan kegiatan bakti sosial ini, Marissa Arief, mengutip data FACE Foundation, bahwa sepasang kucing jantan dan betina dalam 3 tahun bisa memproduksi anak hingga 382 ekor.

Kucing betina umur 5 bulan sudah bisa hamil. Masa hamilnya hanya lebih kurang 58 hari. Sekali melahirkan anak bisa 4, 6, atau bahkan lebih. Dalam setahun, kucing betina bisa hamil 3-4 kali.

"Populasi yang terkontrol dan kucing yang lebih kalem mengurangi risiko penyebaran penyakit rabies,” lanjut drh. Bisri.

Rabies--disebabkan virus yang hidup antara lain di dalam air liur kucing, anjing, dan monyet yang tertular--dapat berpindah atau menginfeksi hewan lain atau bahkan manusia, melalui luka terbuka. Luka seperti itu terjadi umumnya karena perkelahian.

Kalau kucing atau anjingnya kalem, maka dengan sendirinya juga menurunkan risiko penyebaran itu.

“Maka virusnya berhenti di hewan yang tertular itu saja, yang kemudian biasanya segera mati,” jelas Bisri lagi.

Sama seperti pada hewan-hewan yang tertular, pada manusia, rabies alias penyakit anjing gila, menyerang susunan saraf pusat. Orang yang terkena akan demam, mual, merasakan nyeri di tenggorokan, takut air, takut cahaya, dan memproduksi air liur yang berlebihan.

Bila terlambat ditolong, rabies akan membawa pada kematian.

“Kalau sampai ada satu saja manusia yang mati kena rabies, maka itu sudah cukup memicu status kejadian luar biasa,” tegas Bisri.

Kucing-kucing yang dikebiri pada Minggu 18 Desember berasal dari Pasar Sepinggan, Taman Tiga Generasi, dan yang berkeliaran di sekitar Gedung KNPI. Pasar Sepinggan, lebih kurang satu setengah kilometer dari Gedung KNPI, menurut Eko Fitriyanto dari Balikpapan Cat Rescue Foundation (BCRF), adalah rumah bagi ratusan kucing liar.

Pagi-pagi sekali, Eko dan timnya berburu kucing-kucing itu. Menangkapinya dan memasukkan ke dalam kandang-kandang. Tidak kurang dari 2 mobil pikap mereka angkut dari pasar ke Gedung KNPI.

Sebanyak 21 dokter hewan terlibat dalam bakti sosial ini. Menurut Marissa, para dokter hewan berbagi peran. Ada yang di Pos 1 menerima kucing-kucing dan registrasi, ada yang tugas di Pos 2 pemeriksaan awal sebelum dikebiri. Hanya kucing yang sehat dan kuat yang dikebiri. Yang sedang sakit dipisahkan dan ditaruh di pojok. Merekalah kucing-kucing yang menerawang dan memperhatikan para sukarelawan yang lalu lalang itu. Para "meong" itu mendapat vitamin dan obat, dan untuk saat ini, paling tidak, mereka lolos dari kebiri.

Pos 3 adalah operating theater, tempat para dokter hewan melakukan operasi kecil kebiri itu. Ada delapan meja operasi, delapan dokter, dan 16 perawat. Satu operasi berlangsung kurang dari 15 menit. Karena itu, sebelum tengah hari, 104 kucing jantan sudah sukses dipotong testisnya.

Pos 4 adalah deretan kandang dan tas tadi, tempat kucing-kucing tidur menikmati biusnya selama lebih kurang 2 jam.

“Nanti kalau mereka sudah sadar, dia akan lapar. Jadi kita kasih makan dulu. Lalu kita tunggu beberapa lama hingga mereka kuat kembali. Setelah itu baru kita antar lagi ke pasar,” kata Eko. Pukul 15.00 hari Minggu itu juga, sebagian kucing sudah kembali berkeliaran di Pasar Sepinggan dan Taman Tiga Generasi, 200 meter timur Gedung KNPI.

Hari itu juga 40 kucing mendapat vaksinasi rabies, vaksinasi yang membuat mereka kebal dari virus rabies. Koalisi itu berharap kegiatan ini bisa dilaksanakan setidaknya dua kali setahun. Kelak tidak hanya untuk kucing, tapi juga anjing.

Selain oleh para dokter hewan dan Pemkot Balikpapan, para sukarelawan Koalisi PDHB juga didukung Four Paws, lembaga yang berkhidmat pada kesejahteraan satwa.

“Karena kita dan hewan itu hidup dalam satu lingkungan, maka selalu saling mempengaruhi. Karena itu semboyan kami, sehat hewannya, sehat lingkungannya, sehat manusianya,” kata Marissa. ***

Para sukarelawan Koalisi Perlindungan Hewan Domestik Balikpapan. ANTARA/Novi Abdi

Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2022