Praya, Lombok Tengah (ANTARA) - Dokter Spesialis Urologi Mataram, dr Pebrian Jauhari dalam sosialisasi keselamatan dan kesehatan kerja kepada warga memberikan edukasi bahwa dibalik ginjal yang sehat terdapat tubuh yang kuat serta memiliki ekosistem yang sehat.
"Terjadi beberapa gangguan metabolisme pada tubuh dikarenakan kurangnya perhatian masyarakat pada metabolisme tubuh yang juga mendukung proses ekskresi pada tubuh," katanya dalam acara Health Talk yang bertajuk ginjal sehat bebas batu dan tubuh kuat, dalam keterangan tertulisnya di Mataram, Senin.
Ia mengatakan, Ikatan Ahli Urologi Indonesia (IAUI) mendefinisikan batu saluran kemih sebagai pembentukan batu di saluran kemih yang dapat diklasifikasikan berdasarkan penyebab dan gejalanya. Batu saluran kemih atau dalam bahasa ilmiahnya urolithiasis menghambat peredaran yang berasal dari ginjal hingga uretra.
"Terdapat Etiologi pada batu saluran kemih, antara lain gangguan saluran urin, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan idiopatik," katanya.
Baca juga: Dokter: Cegah kristalisasi mineral urine dengan penuhi asupan cairan
Baca juga: Batu ginjal disebabkan asupan cairan harian ke tubuh kurang
Etiologinya juga memiliki faktor risiko herediter yang dapat terdiagnosis pada rentan usia 30 - 50 tahun dan dengan perbandingan risiko 3:1 antara laki-laki dan perempuan.
Berbeda dengan teori inhibitor yang mengatakan bahwa terbentuk atau tidaknya batu yang ada di dalam batu kemih ditentukan oleh keseimbangan antara zat pembentuk batu dan inhibitor yang dapat terhambat dan mengganggu turun laju reaksi.
"Teori Inhibitor antara lain batu ginjal, batu ureter dan batu buli," katanya.
Adapun tatalaksana medis dilakukan untuk menghilangkan nyeri dengan melakukan pemeriksaan penunjang laboratorium dan radiologi, tindakan ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy) dan PCNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy).
"Tatalaksana yang dilakukan untuk menurunkan rasa nyeri dengan melakukan terapi konservatif ataupun ekspulsif medikamentosa, ESWL, Endourologi dan Pembedahan," katanya.
Ia mengatakan, data angka menunjukkan angka rata rata kekambuhan adalah 7 persen atau kurang lebih 50 persen pada kurun waktu 10 tahun terakhir. Adapun untuk pencegahan dengan menghindari dehidrasi dan memenuhi kebutuhan air putih harian 2-3 liter, melakukan diet rendah protein, oksalat, garam dan purin.
"Melakukan medikamentosa pada pengidap yaitu dengan terapi sebagai pengobatan atau minum obat secara oral, pil, kapsul, suntik hingga infus," katanya.*
Baca juga: Dokter Siloam: Waspadai batu ginjal di kalangan anak-anak dan remaja
Baca juga: Kristal di urine pasti pertanda batu ginjal?
Pewarta: Akhyar Rosidi
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022