"Karena kami tahu bagaimana riil di lapangan seperti apa. Mereka itu kalau sudah menjustifikasi seseorang sebagai kafir murtad, halal nyawanya untuk dibunuh, tidak ada dosa bagi mereka," tegasnya.Purwokerto (ANTARA) - Salah seorang mantan narapidana kasus terorisme (napiter), Kholis mengajak rekan-rekannya yang masih terjerumus dalam terorisme untuk kembali dan setia kepada NKRI serta mempelajari agama Islam pada ahlinya.
"Bagi teman-teman yang belum terjerumus ataupun yang sudah terjerumus, kalau memang ingin mengkaji Islam, belajarlah pada ustadz-ustadz yang memang ahli di bidangnya," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Senin.
Kholis mengatakan hal itu usai acara Silaturahmi Kebangsaan antara Forkompimda Banyumas dan Mantan Napiter/Mitra Deradikalisasi yang digelar Komando Distrik Militer 0701/Banyumas di Gedung DPRD Kabupaten Banyumas.
Menurut dia, ustadz-ustadz yang ahli di bidangnya dalam mereka yang benar-benar paham terhadap ajaran agama Islam dan bukan atas dasar penafsiran pribadinya sendiri.
"Bagi yang sudah terlibat, ya monggolah, kita sama-sama bangun NKRI kita bersama. Bagaimanapun ini (NKRI, red.) rumah besar kita," kata pria asli Desa Cibereum, Kecamatan Sumbang, Banyumas itu.
Kholis yang tertangkap di Poso hingga akhirnya menjalani pidana penjara selama 4 tahun 3 bulan di Lembaga Pemasyarakatan Kupang mengakui jika hingga saat ini di luaran masih banyak orang-orang berhaluan keras yang berkeliaran.
"Makanya kayak saya sendiri bertemu dengan kalian, ya mohon maaf kalau bisa diblur ya. Itu memang ngeri-ngeri sedap istilahnya seperti itu," jelasnya.
Menurut dia, hal itu disebabkan para mantan napiter yang telah ikrar setia kepada NKRI pun menjadi target, tidak hanya orang-orang yang duduk di pemerintahan.
Bahkan, dia dan para mantan napiter lainnya divonis sebagai kafir murtad oleh pelaku-pelaku terorisme yang masih aktif.
"Karena kami tahu bagaimana riil di lapangan seperti apa. Mereka itu kalau sudah menjustifikasi seseorang sebagai kafir murtad, halal nyawanya untuk dibunuh, tidak ada dosa bagi mereka," tegasnya.
Kholis pun berpesan kepada awak media dalam membuat berita karena jika beritanya dinilai tidak adil oleh kelompok teroris, tidak menutup kemungkinan wartawan juga menjadi sasaran mereka.
Mantan napiter lainnya, Sidik mengaku bersyukur karena ditangkap aparat keamanan dan menjalani hukuman, sehingga tidak kebablasan atau makin terjerumus.
"Alhamdulillah saya ditangkap, kemudian ada pembinaan," kata dia yang menjalani hukuman selama 3 tahun 4 bulan dan beberapa kali dipindah mulai dari Mako Brimob, Lapas Gunung Sindur Bogor, hingga akhirnya di Lapas Besi, Pulau Nusakambangan, Cilacap.
Ia mengaku jika sebenarnya tidak terlibat secara langsung dalam jaringan teroris. Akan tetapi dia turut ditangkap bersama salah seorang rekannya yang singgah di rumahnya, Desa Pasir Lor, Kecamatan Karanglewas, Banyumas.
Menurut dia, temannya itu terlibat dalam kasus terorisme dan latihan perang di Filipina.
"Saya ditangkap karena dianggap mengetahui tapi tidak melaporkan. Karena mau menampung, berarti pemikirannya sama," jelasnya.
Sidik mengaku bersyukur karena berkat adanya pembinaan dan pendampingan dari pihak-pihak terkait, sehingga bisa diterima oleh masyarakat setelah bebas dari hukuman.
Sementara itu, Ketua DPRD Kabupaten Banyumas Budhi Setiawan mengharapkan para mantan napiter yang telah kembali ke pangkuan NKRI dan sudah sadar dengan apa yang mereka lakukan selama ini bisa menjadi contoh bagi teman-temannya yang masih terlibat dalam jaringan terorisme.
"Kami menganggap para mantan napiter ini adalah orang-orang yang sudah sadar, ajaklah teman-temannya," katanya.
Silaturahmi kebangsaan tersebut diisi dengan diskusi antara mantan napiter, Ketua DPRD Kabupaten Banyumas Budhi Setiawan, dan Bupati Banyumas Achmad Husein.
Pewarta: Sumarwoto
Editor: Agus Setiawan
Copyright © ANTARA 2022