Pemain timnas Argentina Lionel Messi berselebrasi usai mencetak gol ke gawang Meksiko pada pertandingan fase Grup C Piala Dunia Qatar 2022 di Stadion Lusail, Lusail, Qatar, Sabtu (26/11/2022). Argentina menang 2-0 atas Meksiko. ANTARA FOTO/REUTERS/Kai Pfaffenbach/wsj.


Ahli membaca arah pertandingan

Tetapi asset terbesar Messi sudah pasti kecerdasan dan kejeniusan dalam membaca permainan.

Selama turnamen Piala Dunia 2022 Messi dianggap sebagai salah satu dari sedikit pemain yang paling banyak jalan-jalan di lapangan, yang berbalik 180 derajat dengan rekannya Rodrigo de Paul yang berlari ke sana ke mari merebut dan membawa bola sampai memiliki jelajah lari paling jauh dalam skuad Argentina.

Tetapi jalan-jalan yang dilakukan Messi bukan sekadar jalan-jalan. Dia melakukan itu karena sedang menganalisis ritme dan kecenderungan permainan.

"Dia pemain yang luar biasa, tapi bedanya bagi saya adalah cara dia menganalisis sepak bola saat berada di dalam lapangan," kata Moreno.

"Bagi seorang pelatih, mudah saja menganalisis (jalannya pertandingan) dari luar lapangan. Tapi dia melakukannya di dalam lapangan saat bertanding. Ini salah satu perbedaan besar yang membuat saya memandang dia sebagai pemain terbaik sepanjang masa," sambung Moreno.

Masih ada kelebihan Messi lainnya, yakni kepemimpinan yang menonjolkan kerja tim sehingga egoisme yang justru diperlihatkan seterunya, Cristiano Ronaldo, dibuang jauh-jauh oleh Messi.

Baca juga: Antara Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo

Tak heran, dalam usia di mana kebanyakan pemain bola sudah pensiun, Messi masih rajin menjemput bola, tak cuma menunggu. Dia juga tak bernafsu harus dia seorang yang harus mencetak gol.

Kalaupun dia terlihat jalan-jalan di lapangan, itu karena dia tengah menganalisis bagaimana sebaiknya dia menempatkan diri, dan bagaimana harus mengatur irama permainan dan ritme serangan.

Kepemimpinan inilah yang disebut-sebut sebagai salah satu alasan mengapa skuad Argentina 2022 menjadi tim super yang sulit ditaklukkan walau tumbang di tangan Arab Saudi dalam fase grup sehingga memutus rangkaian 36 laga tak terkalahkan.

Adalah sukses menjuarai Copa America tahun lalu yang menjadi katalisator yang membebaskan Messi dari belenggu yang memenjarakan emosinya selama puluhan tahun. Pikirannya menjadi lebih enteng, lebih bebas.

Baca juga: Metamorfosis Argentina sejak juarai Copa America 2021

Sukses di Brazil tahun lalu itu membuatnya terlihat lebih tanpa beban kala bertualang dalam Piala Dunia 2022 dibandingkan dengan turnamen-turnamen ini sebelumnya.

Kekalahan dari Arab Saudi malah membuatnya semakin bernafsu dan marah untuk membalas, kepada siapa pun yang berusaha menghalangi Albiceleste.

"Ini hal yang positif dan saya suka melihatnya. Semua pemain pun berjuang demi kostum Argentina, demi Messi," kata mantan rekan satu timnya, Pablo Zabaleta, kepada ESPN.

Oleh karena itu, untuk semua keistimewaan itu, dan tanpa mengurangi hormat kepada pelatih Lionel Scaloni, adalah wajar jika sukses Argentina menjuarai Piala Dunia untuk ketiga kalinya adalah juga tentang Lionel Messi.

Keberhasilan di Stadion Lusail di Qatar itu juga menjadi penegasan bahwa Messi memang lebih dari sekadar layak menyandang predikat GOAT.

Paling tidak dia sudah menjadi GOAT bersama Pele dan Maradona.

Baca juga: Cemooh Messi jadi duit di Argentina

Copyright © ANTARA 2022