Beijing (ANTARA) - Saat perekonomian global goyah di tengah situasi pandemi yang tak menentu dan meningkatnya proteksionisme, Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP) menghadirkan anugerah berharga bagi penguatan kembali ekonomi yang stabil.
Pakta perdagangan terbesar di dunia itu, yang mulai berlaku pada Sabtu (1/1) di China dan sembilan negara lainnya, akan meningkatkan integrasi regional dan membantu pemulihan global yang tidak merata.
Ke-15 anggota RCEP adalah rumah bagi sekitar 30 persen produk domestik bruto dan populasi dunia.
Dengan jumlah penduduk yang besar, keanggotaan yang beragam dan potensi yang besar, penerapan RCEP akan secara efektif menstabilkan rantai pasokan dan industri regional, merevitalisasi pasar regional, dan mendorong perdagangan serta investasi internasional, sehingga menciptakan mesin pertumbuhan baru bagi pemulihan ekonomi global yang lambat.
Setelah kesepakatan perdagangan itu dimulai, lebih dari 90 persen perdagangan barang di antara para anggota yang telah menyetujui perjanjian tersebut pada akhirnya akan dikenai tarif nol.
Sementara itu, RCEP akan sangat mengimbangi dampak dari amukan proteksionisme dan unilateralisme, membawa perdagangan bebas dan kerja sama multilateral kembali ke permukaan.
Dalam beberapa tahun terakhir, unilateralisme dan proteksionisme telah menghambat arus bebas barang di seluruh dunia, dan menciptakan hambatan bagi pertumbuhan ekonomi dunia.
Dengan membentuk zona perdagangan bebas skala besar ini, para anggota RCEP telah menunjukkan bahwa kerja sama yang saling menguntungkan masih merupakan upaya bersama umat manusia. Praktik decoupling(pemisahan) dan beggar-thy-neighbor (kebijakan ekonomi yang menguntungkan satu negara dengan merugikan negara lain) tidak akan mampu membalikkan tren globalisasi ekonomi.
Seperti yang dikatakan oleh Sekretaris Jenderal ASEAN Lim Jock Hoi, proses ratifikasi cepat RCEP oleh berbagai anggotanya merupakan "cerminan nyata dari komitmen kuat kami terhadap sistem perdagangan multilateral yang adil dan terbuka demi kepentingan rakyat di kawasan dan dunia."
Lebih lanjut, RCEP diharapkan dapat memfasilitasi pembangunan ekonomi global yang terbuka dan memperkuat globalisasi.
Berbeda dari praktik globalisasi yang didominasi Barat, di mana kelemahannya meliputi kesenjangan pembangunan yang melebar dan banyaknya tata kelola global yang kurang memadai, RCEP menyuguhkan keterbukaan dan inklusivitas yang luar biasa, memberikan inspirasi bagi upaya memperkaya globalisasi ekonomi di masa depan.
Pakta tersebut mencakup berbagai bidang seperti pengurangan tarif, fasilitasi perdagangan serta keterbukaan layanan dan investasi, sembari mempertimbangkan tahapan-tahapan pembangunan yang beragam dan kebutuhan ekonomi masing-masing anggota, baik yang maju maupun berkembang.
Terakhir namun tak kalah penting, RCEP akan memungkinkan kawasan itu dan seluruh dunia untuk berbagi peluang pembangunan China dengan lebih baik. Setelah menandatangani perjanjian tersebut pada 2020, China memimpin dalam meratifikasi kesepakatan itu. Pada November 2021, China mengumumkan bahwa negara tersebut telah melakukan segala persiapan untuk menerapkan RCEP di dalam negeri dan memastikan semua kewajiban terpenuhi.
Keberhasilan perjanjian perdagangan tersebut terletak pada implementasi yang tepat. Diharapkan semua pihak dapat melihat kesepakatan itu sebagai peluang untuk memimpin dunia keluar dari situasi yang penuh tekanan saat ini dan menandai pergeseran menuju ekonomi global yang lebih terbuka dan inklusif yang dapat menguntungkan semua orang.
Pewarta: Xinhua
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2022