Pelatih timnas Kroasia Zlatko Dalic (tengah) bersalaman dengan pelatih timnas Republik Ceko (kanan) Jaroslav Silhavy disaksikan pelatih timnas Inggris Gareth Southgate saat pengundian putaran final Euro 2020 di Romexpo, Bucharest, Romania, pada 30 November 2019 (REUTERS/STOYAN NENOV)


Zlatko Dalic dan Perang Balkan

Tak lama setelah itu mereka mengganti pelatih dengan Zlatko Dalic pada 2017.

Dalic tak teruji dalam kontes-kontes sepak bola level atas kecuali tingkat Asia ketika melatih klub Al Ain di Uni Emirat Arab dalam final Liga Champions Asia 2016.

Ternyata Dalic orang yang tepat untuk Kroasia. Dalam era dia pula Kroasia memasuki masa puncak yang melampaui sejarahnya.

Bersama pemain-pemain seperti Luka Modric, Ivan Rakitic, Mario Mandzukic dan Danijel Subazic, ditambah darah muda seperti Marcelo Brozovic, mereka mencapai kejayaan hingga final Piala Dunia 2018 sebelum menyerah kepada Prancis yang menjadi juara dunia edisi itu.

Sekalipun terhenti pada 16 besar Euro 2020 karena tunduk 3-5 kepada Spanyol, Kroasia di tangan Dalic sungguh telah menjadi tim yang konsisten bagus yang tetap masuk 15 besar peringkat FIFA sampai kini.

Kroasia memang sudah tak bisa lagi menurunkan Subasic dan Mandzukic, bahkan Luka Modric pun segera pensiun, namun kini mereka tak pernah putus menghasilkan generasi emas lainnya.

Baca juga: Luka Modric akui belum berniat pensiun dari timnas Kroasia

Mereka kini memiliki pemain-pemain generasi baru seperti Josko Gvardiol, Nikola Vlasic, Dominik Livakovic, Lovro Majer, Mario Pasalic dan Mateo Kavocic.

Mereka bukan sekadar generasi emas dan muda, karena mereka juga pewaris etos bermain yang hebat yang diturunkan dari generasi ke generasi.

Etos itu adalah konsisten bermain bagus, gigih dan pantang menyerah yang semuanya sudah menjadi trademark Kroasia.

Mereka bisa memiliki itu semua mungkin karena tempaan sejarahnya yang keras akibat Perang Balkan tiga dekade silam.

Kenyataannya skuad Kroasia diisi oleh pemain-pemain yang besar semasa dan setelah Perang Balkan yang brutal terutama antara etnis Kroasia dengan Serbia, dan antara etnis Bosnia dengan Serbia.

Luka Modric sendiri dibesarkan di kota Zadar yang menjadi salah satu tempat berlangsung perang brutal dan hingga ini belum sepenuhnya bebas dari ranjau darat yang ditanam sewaktu perang Balkan itu.

Kendati terjadi 30 tahun lalu pada 1991-1995, Perang Balkan telah menciptakan trauma sekaligus pelecut semangat bangsa Kroasia, termasuk pemain-pemain sepak bolanya.

Baca juga: Apakah Kroasia singkirkan Brazil sebuah kejutan?
Baca juga: Warga Kroasia sedih tapi bangga dengan pencapaian timnya

Selanjutnya: Bukan kebetulan

Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2022