"Siswa harus diberi pengalaman nyata. Pembelajaran ceramah seperti yang akan di buku sudah tidak saatnya lagi," kata Zulkifri saat sosialisasi "Kurikulum Merdeka Belajar Sebagai Opsi Pemulihan Pembelajaran," di Semarang, Sabtu.
Menurut dia, kurikulum Merdeka melanjutkan apa yang sudah baik dari kurikulum sebelumnya yang disesuaikan dengan kebutuhan anak.
Ia menjelaskan siswa jangan selalu dituntun, namun harus membiasakan cara berpikir mereka untuk menemukan sesuatu yang baru.
Baca juga: Kemendikbudristek: E-Rapor SD diprioritaskan untuk kurikulum merdeka
Baca juga: Peneliti: Kurikulum Merdeka pulihkan pembelajaran siswa pascapandemi
Dalam kurikulum Merdeka, kata dia, penilaian terhadap minat anak dilakukan sejak awal, pertengahan, hingga akhir.
"Penilaian awal untuk mengetahui anak butuh apa," katanya.
Dalam kurikulum Merdeka, lanjut dia, beban administrasi guru akan dikurangi sehingga mereka bisa berfokus pada siswa.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi X Agustina Wilujeng yang juga menjadi narasumber dalam sosialisasi tersebut, mengatakan, kurikulum Merdeka memberi kesempatan siswa untuk mengembangkan kreativitas.
"Saat ini kita semua dalam proses penyesuaian, tidak hanya guru," kata politikus PDIP tersebut.
Selain itu menurut dia, kurikulum Merdeka juga menuntut peran serta orang tua.
"Sisa waktu di luar sekolah siswa lebih banyak berinteraksi dengan keluarga. Orang tua paling bertanggung jawab terhadap pendidikan karakter anak," katanya.
Baca juga: Kemendikbudristek ajak guru tak ragu pelajari kurikulum merdeka di PMM
Baca juga: Guru diminta fokus pada pembelajaran dengan pemanfaatan teknologi
Pewarta: Immanuel Citra Senjaya
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022