"Kini, setiap orang bicara soal calon presiden, seakan-akan satu minggu ke depan akan ada pemilu. Semua berbicara elektoral, tapi melupakan persoalan fundamental bangsa yang berkaitan dengan mencerdaskan kehidupan bangsa," kata Hasto sebagaimana dikutip dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat.
Baca juga: Hasto: Geopolitik Soekarno bangun kepemimpinan Indonesia bagi dunia
Hal tersebut dia sampaikan saat menjadi pembicara dalam Seminar Ilmiah Dosen dalam Rangka Dies Natalies Universitas Sanata Dharma (Sadar) di DI Yogyakarta, Jumat.
Menurut Hasto, saat ini peringkat pendidikan Indonesia masih jauh tertinggal dari negara lain, bahkan tertinggal dari Malaysia yang di masa lalu banyak meminjam guru dari Indonesia. Selain itu, tambah dia, hasil riset juga menemukan bahwa rata-rata tingkat intelektual orang Indonesia kalah dari orang Filipina, Laos, dan Kamboja.
Lalu, Indonesia juga masih menghadapi persoalan stunting di tengah kayanya sumber makanan bergizi di Tanah Air ini.
“Zaman Pak Harto makan sayur-sayuran jagung dikatakan miskin, padahal itu komponen gizi cukup besar. Daun kelor hanya dianggap pagar mengusir genderuwo, padahal orang Australia iri melihat daun kelor yang kita miliki dengan keragaman vitamin luar biasa,” ujar Hasto.
Hal tersebut, menurut dia, terjadi karena sedikitnya ilmuwan di Indonesia yang meneliti sumber-sumber pangan, protein, dan jamu-jamuan.
"Sedikit ilmuwan meneliti sumber-sumber pangan, protein, dan jamu-jamuan kita untuk memajukan kesejahteraan umum dengan cara berdiri di atas kaki sendiri,” kata dia.
Dalam mengatasi persoalan tersebut, Hasto berpendapat perguruan tinggi harus mengambil peran terdepan dalam membangun kepemimpinan intelektual. Berikutnya, membumikan kepemimpinan itu dan mendorong bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju melalui penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), riset, serta inovasi.
Saat ini, menurut Hasto, di dalam dunia pendidikan terdapat jarak atau gap antara pendidikan yang dihadirkan dengan hal-hal yang sebenarnya dibutuhkan oleh bangsa dan negara Indonesia untuk maju.
“Perguruan tinggi sebagai otokritik sepertinya ada gap dengan apa yang dibutuhkan bangsa dan negara bagi kemajuan kita, padahal penguasaan iptek dan riset dan inovasi sangat penting," ujarnya.
Hasto pun mengingatkan kepada seluruh pihak, terutama mereka yang berada di lingkungan perguruan tinggi bahwa sebenarnya para pendiri bangsa Indonesia ini sudah merumuskan bahwa politik pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.
Baca juga: Hasto: Kampus perlu mendorong syarat jadi politisi adalah intelektual
Baca juga: Hasto dorong anak muda tegaskan kepemimpinan Indonesia dengan iptek
Baca juga: Hasto: Indonesia harus bangun kepemimpinan di seluruh aspek kehidupan
Pewarta: Tri Meilani Ameliya
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2022