Jakarta (ANTARA News) - PT Timah Tbk (Timah) mengalami kerugian akibat menjual listrik di bawah biaya produksi pembangkit miliknya kepada masyarakat di Propinsi Bangka Belitung (Babel). Direktur Utama Timah Thobrani Alwi di Jakarta Kamis mengatakan, saat ini, Timah harus menanggung beban membengkaknya biaya pembangkit dari Rp2-3 miliar menjadi Rp10 miliar per tahun akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). "Kami sebenarnya tidak keberatan terus melistriki wilayah Babel hingga nantinya PLN masuk, asalkan masyarakat mau membeli listrik di atas Rp2.000 per kWh," katanya. Harga listrik di atas Rp2.000 per kWh sangat tinggi ketimbang PT PLN (PLN) yang menjual di bawah Rp1.000 per kWh. Karenanya, Thobrani mengharapkan, PLN sebagai penyedia listrik di Indonesia segera mengatasi krisis listrik di propinsi tersebut. "Di Babel ada 15.000 calon pelanggan yang masuk daftar tunggu dan masyarakat di sana sangat menanti-nanti," katanya. Timah mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) di Babel dengan kapasitas 3 MW dan 8 MW. Saat ini, jumlah pelanggan listrik Timah mencapai sekitar 2.000. Menanggapi hal itu, juru bicara PLN Murtaqi Syamsuddin mengatakan, Babel merupakan salah satu daerah krisis listrik yang menjadi prioritas PLN segera mendapat aliran listrik. "Namun, karena keuangan PLN masih belum mencukupi, kami minta masyarakat bersabar dulu," katanya.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006