Jakarta (ANTARA News) - Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) menilai saat ini merupakan waktu yang tepat bagi Bulog untuk melakukan pembelian gabah petani karena di sejumlah daerah harga gabah petani mengalami penurunan.
Ketua Badan Pertimbangan Organisasi HKTI, Siswono Yudhohusodo di Jakarta, Kamis menyatakan, Bulog tidak bisa lagi beralasan tidak mampu membeli gabah petani karena harganya di atas harga pembelian pemerintah (HPP).
"Ini merupakan saat yang tepat bagi Bulog untuk membeli gabah petani, jangan lagi beralasan tak mampu karena harganya di atas HPP", katanya menanggapi laporan perkembangan harga gabah yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) awal Mei 2006.
Dalam laporan BPS disebutkan rata-rata harga gabah di tingkat petani untuk kualitas GKG turun 9,83 persen dari Rp2.448,77 per kg pada Maret 2006 menjadi Rp2.208,00 per kg pada April 2006.
Laporan tersebut didasarkan pada observasi di 792 transaksi gabah di 13 propinsi pada April 2006, yang mana harga gabah di tujuh provinsi yakni Lampung, Jateng, Jatim, Banten, Bali, NTB dan Sulsel di bawah HPP.
Siswono menyatakan, dengan harga gabah yang lebih rendah tersebut Bulog lebih baik melakukan pengadaan dari beras petani daripada membeli dari luar.
"Jangan sampai ketika nanti harga gabah petani naik Bulog kembali menjadikan itu alasan untuk mengimpor beras sementara saat turun tidak mau membeli gabah petani," katanya.
Menyinggung daya penyerapan Bulog terhadap gabah dalam negeri hanya sebesar 7 persen, mantan Ketua HKTI itu menyatakan, jika kemampuan beli gabah tersebut dioptimalkan maka hal itu sudah cukup menolong petani.
Sayangnya, menurut dia, kemampuan serap yang tujuh persen tersebut termasuk untuk pengadaan beras impor sehingga pembelian gabah petani sangat rendah.
Sementara itu Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), Winarno Tohir menyatakan, pihaknya bekerja sama dengan Unit Penggilingan Gabah dan Beras (UPGB) siap membeli gabah petani untuk mengamankan harga gabah.
"Kita siap membeli gabah petani sesuai HPP yakni Rp1.730/kg gabah kering panen (GKP)," katanya.
Pada kesempatan itu dia justru mempertanyakan laporan BPS yang menyebutkan adanya penurunan harga gabah karena di sejumlah daerah justru permintaan terhadap gabah petani meningkat.
Di tempat terpisah Dirjen Tanaman Pangan Departemen Pertanian, sutarto Alimuso menyatakan, laporan yang dikeluarkan BPS tersebut belum terlalu mengkuatirkan karena meskipun terjadi penurunan namun secara nasional harga gabah petani masih diatas rata-rata HPP.
Menurut dia, penurunan harga gabah petani hanya merupakan kasus di daerah tertentu yang disebabkan faktor iklim dan cuaca sehingga kualitasnya rendah.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006