Jakarta (ANTARA) -


Menteri Sosial Tri Rismaharini menekankan upaya preventif dalam penanganan masalah remaja guna meminimalisir efek buruk teknologi.

"Terutama untuk mencegah hal-hal yang belum saatnya dan tidak selayaknya dirasakan oleh anak-anak kita karena ketidakmampuan dan ketidakmengertian mereka,” kata Mensos Risma dalam keterangan tertulis diterima di Jakarta, Kamis.

Mensos Risma dalam Lokakarya Akhir Program Kesehatan Remaja dan COVID-19 di Banten dan DKI Jakarta yang diselenggarakan oleh Medicins Sans Frontieres (MSF), di Jakarta, Kamis, mengatakan remaja menjadi kelompok yang rentan terhadap dampak buruk perkembangan teknologi, karena kedewasaan mereka yang belum sepenuhnya matang.

Kementerian Sosial yang dimandatkan oleh undang-undang sebagai institusi yang menyelenggarakan rehabilitasi sosial telah banyak menangani remaja dengan berbagai latar belakang dan permasalahan sosial, di mana faktor utama dari masalah tersebut adalah kurangnya resiliensi diri pada remaja.

Baca juga: Kemensos-KOICA lanjutkan kerja untuk dukungan rehabsos remaja rentan

“Kami menangani anak-anak dengan masalah narkoba, kenakalan remaja, sampai anak-anak pelaku teror, juga anak-anak yang terkena dampak permasalahan keluarga,” ucap Risma.

Risma mencontohkan maraknya kekerasan seksual pada anak yang dilakukan oleh orang terdekat seperti keluarga atau orang dewasa.

Menurut dia, hal ini disebabkan mispersepsi dan doktrin menyimpang yang ditanamkan oleh oknum tidak bertanggung jawab kepada anak. Banyak di antaranya berujung pada kehamilan yang tidak diinginkan, yang akhirnya memunculkan isu kesehatan.

Atas dasar hal tersebut, kata Risma, peningkatan kapasitas remaja perlu dilakukan, salah satunya melalui edukasi yang berkelanjutan. "Terutama bagi remaja yang rentan dan memiliki keterbatasan akses pada informasi kesehatan dan reproduksi remaja," katanya.

Baca juga: Mensos minta anak Indonesia tak lakukan perundungan

Hal ini sejalan dengan proyek MSF di Indonesia. MSF atau Dokter Lintas Batas adalah organisasi nirlaba yang memberikan perawatan di lebih dari 70 negara yang memiliki keterbatasan akses medis. Di Indonesia, MSF mendukung peningkatan penyediaan dan kualitas layanan kesehatan bagi remaja dengan membangun koneksi dan kapasitas antara pemerintah daerah, sekolah, dan penyedia layanan kesehatan.

Layanan yang disediakan melalui proyek ini meliputi perawatan sebelum dan sesudah melahirkan untuk remaja hamil, pendidikan kesehatan, dan dukungan psikososial.

Proyek MS akan memasuki masa akhir pada akhir 2022. Untuk itu, MSF menyelenggarakan lokakarya yang mencakup presentasi kegiatan MSF, tantangan, pembelajaran dan rekomendasi serta praktik-praktik baik pelaksanaan program Kesehatan Remaja di Provinsi Banten dan DKI Jakarta dari tahun 2018 – 2022 dan program COVID-19 di Indonesia dari tahun 2020 – 2022 serta pameran modul dan materi yang dikembangkan untuk kedua proyek tersebut.

“Kami ingin bertukar beberapa praktik terbaik tentang tantangan dan pelajaran dari rencana pelajaran kami yang lain dan intervensi COVID-19 dan membagikan beberapa materi dan modul yang telah kami kembangkan selama bertahun-tahun. Kami mengundang anda untuk terus bekerja,” ucap Walter Lorenzi, Country Director MSF Indonesia.

Baca juga: Kemensos petakan kemiskinan guna kurangi kejadian kekerasan anak

Selain penanganan remaja, MSF sejak 1995 juga terlibat dalam penanganan medis bagi korban bencana di Indonesia. Atas dasar kesamaan misi, Kemensos dan MSF menjajaki kerja sama di dua bidang sekaligus, yaitu penanganan remaja dan penanggulangan bencana.

Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2022