Media China, Kamis, melaporkan beberapa perbatasan yang dibuka adalah Provinsi Yunnan dan Daerah Otonomi Guangxi yang berada di wilayah selatan yang berbatasan dengan Myanmar dan Vietnam.
Ditambah Daerah Otonomi Mongolia Dalam yang berada di wilayah utara yang berbatasan dengan Mongolia dan Rusia.
Kepala Prefektur Dehong di Provinsi Yunnan, Wei Gang, mengunjungi Kota Ruili yang berbatasan dengan Myanmar.
"Kami harus bisa memberikan manfaat pada bea cukai dan perdagangan dengan terus membuka lebar perbatasan," katanya.
Ruili yang dikenal sebagai akses perdagangan batu-batuan perhiasan beberapa kali mengalami penguncian wilayah (lockdown) sejak 2020.
Namun sejak otoritas China melonggarkan kebijakan anti-pandemi pada Rabu (7/12), tidak ada lagi pembatasan, baik lalu-lintas barang maupun orang.
Demikian pula dengan Jingxi dan Dongxing di Daerah Otonomi Guangxi, beberapa pengangkut barang impor dari negara-negara di kawasan Asia Tenggara sudah tidak perlu lagu disemprot disinfektan di gudang terpadu.
Sejumlah warga Kota Manzhouli di Daerah Otonomi Mongolia Dalam yang berbatasan dengan Rusia menyambut suka cita orang yang baru masuk.
"Mari...mari...Tidak perlu khawatir karantina dan tes PCR, Manzhouli sekarang menyambut kedatangan Anda," kata seorang warga Manzhouli seperti dikutip Global Times.
Sama dengan Ruili, Manzhouli merupakan kota yang paling sering di-lockdown sepanjang COVID-19 melanda China.
Baca juga: China longgarkan kendali COVID-19 di perbatasan dengan Makau
Baca juga: Cegah sebaran COVID-19, China kunci kota di perbatasan dengan Mongolia
Baca juga: China mulai longgarkan persyaratan pengguna penerbangan internasional
Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2022