Kuala Lumpur (ANTARA News) - Seorang menteri Malaysia meminta mantan PM Mahathir Mohammad agar menghentikan campurtangan dalam pengelolaan negara itu, dan menuduh Mahathir menggangu pemerintah dengan kecaman-kecaman yang terus dilakukannya. Menteri yang berpengaruh itu Mohamed Nasri Aziz, yang ditempatkan di Departemen Perdana Menteri, mengemukakan hal itu setelah Mahathir menuduh pemerintah menyerahkan kedaualatan Malaysia dan mengatakan negara itu "tidak punya keberanian". Nasri mengatakan, Mahathir yang mengundurkan diri dua tahun lalu, mestinya berpegang pada janjinya untuk tidak melakukan campurtangan dalam pemerintah baru, yang masih mempertahankan banyak menteri senior yang ia angkat ketika berkuasa. "Anda bisa mengecam kami, tapi apabila anda berulang kali dan secara terbuka mengecam kami, anda bisa dianggap mengganggu pemerintah sekarang yang sesungguhnya adalah kelanjutan dari pemerintah anda sendiri," katanya di parlemen. Dalam tanggapan paling keras terhadap kecaman-kecaman Mahathir, Nasri mengatakan, Mahathir telah banyak berbuat untuk negara selama dua dasawarsa berkuasa, tapi seharusnya tidak memiliki satu "cek kosong untuk mengecam", kutip surat kabar The Sun. Mahathir secara terbuka menyatakan, geram terhadap usaha PM Abdullah Ahmad Badawi untuk menghentikan secara bertahap proyek-proyek kesayangan yang diluncurkan selama pemerintahnya seperti mobil nasional Proton yang merana dan sebuah jembatan baru yang diusulkan ke negara Singapura. Setelah pemerintah membatalkan dengan tiba=tiba proyek jembatan itu bulan lalu, yang mengatakan Singapura meminta terlalu banyak imbalan bagi persetujuannya, Mahathir mengatakan, Malaysia telah menyerahkan kedaulatannya kepada negara kota itu. Menlu Syed Hamid Albar juga mengimbau pemimpin kawakan itu menghentikan percekcokkan dengan pemerintah, dan mengingatkan bahwa hal itu akan berdampak pada citra negara. Para komentator polisik memperkirakan Mahathir berusaha untuk mengatur kemunduran Abdullah dalam masa bhakti pertamanya, yang menurut rencana akan berakhir tahun 2008.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006