Jejak badak yang sudah tidak ditemukan di Bentang Seblat
Bengkulu (ANTARA) - Anggota Forum Kolaborasi Pengelolaan Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) Koridor Gajah Lanskap Seblat menyepakati koridor atau jalur konektivitas gajah Sumatera di kawasan Bentang Alam Seblat Provinsi Bengkulu.
“Pembangunan jalur koridor ini sudah diinisiasi sesak 2017 dan selama empat tahun berproses akhirnya disepakati dan ditetapkan hari ini,” kata Wakil Ketua Forum Kolaborasi Pengelolaan KEE Koridor Gajah Lanskap Seblat yang juga Sekretaris Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu-Lampung, Suharno saat penandatanganan nota kesepakatan jalur konektivitas gajah sumatera di Bengkulu, Rabu.
Ia mengatakan saat ini habitat gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) di Bentang Seblat terkotak-kotak akibat berbagai macam gangguan mulai dari perambahan hutan, keberadaan perkebunan sawit dan aktivitas pembalakan liar.
Kondisi habitat yang terpisah-pisah ini mengakibatkan ancaman terhadap kelestarian gajah sumatera yang merupakan satwa langka dilindungi semakin tinggi yang dibuktikan dengan penurunan jumlah populasi.
Baca juga: Koridor gajah, kebutuhan wujudkan harmoni di Bentang Seblat Bengkulu
Baca juga: Konsorsium Bentang Seblat petakan koridor gajah
Jalur konektivitas sepanjang 51,3 kilometer yang melintasi kawasan hutan yang telah dibebani Izin Usaha Pengelolaan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) milik PT Bentara Arga Timber (BAT) dan PT Anugrah Pratama Inspirasi (API) menjadi harapan baru bagi pelestarian gajah Sumatera di Bengkulu yang populasinya diperkirakan tidak lebih dari 70 ekor.
General Manager PT BAT Zainul Muttaqin usai penandatanganan nota kesepakatan mengatakan pelestarian gajah sumatera yang tersisa di Bengkulu harus didukung karena itu pihaknya merasa bangga dapat berpartisipasi.
“Pelestarian gajah Sumatera ini harus didukung karena sangat strategis, jangan sampai mengikuti jejak badak yang sudah tidak ditemukan di Bentang Seblat,” katanya.
Sementara Direktur Operasional PT API Edi Santoso mengatakan komitmen perusahaannya mendukung pembangunan jalur konektivitas bertujuan meredam konflik dan menekan kasus kematian gajah di wilayah itu.
Sementara Sekretaris Forum Pengelolaan KEE Ali Akbar mengatakan pembangunan koridor gajah berfungsi menghubungkan kantong-kantong gajah yang terpisah serta memberikan ruang gerak untuk satwa liar dalam melakukan migrasi.
Pemberian ruang gerak ini kata dia untuk menciptakan peluang pertukaran genetik antar populasi karena kondis saat ini habitat terkotak-kotak mengakibatkan perkawinan dalam kelompok gajah atau inbreeding yang membuat kualitas genetik menurun dan mempercepat kepunahan.
Ali mengatakan pada 1990 diperkirakan terdapat empat kelompok populasi gajah di Bentang Seblat dengan jumlah populasi 150-200 ekor sementara saat ini diperkirakan tidak lebih dari 70 ekor.
Karena itu kata dia, jalur konektivitas yang disepakati sangat penting untuk menyelamatkan populasi tersisa sekaligus berupaya menambah populasi gajah di bentang ini.
Kawasan Bentang Alam Seblat memiliki luas 323 ribu hektare yang membentang dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Ketahun di wilayah Kabupaten Bengkulu Utara hingga DAS Majunto di Kabupaten Mukomuko.
Baca juga: Bengkulu luncurkan KEE koridor gajah sumatera
Baca juga: Bengkulu segera jalankan program koridor gajah sumatera
Pewarta: Helti Marini S
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022