Banda Aceh (ANTARA News) - Umar Mafazi (12), remaja asal Desa Mon Ikeun, Kecamatan Lhoknga Leupung, Kabupaten Aceh Besar, Kamis (4/5), dipertemukan kembali dengan orang tuanya, setelah lebih setahun terpisah akibat bencana alam tsunami akhir 2004 lalu.
"Saya selamat dari tragedi maut itu atas pertolongan salah seorang teman orang tua saya, Dedy Ahmad (37), warga satu desa, setelah terdampar sekitar satu kilometer dari rumah tempat tinggal," katanya kepada ANTARA News di Banda Aceh, Kamis.
Ia mengaku hanya selama tiga hari bersama Dedy Ahmad yang mengungsi di Gunung Glee Bata 85 Keudee Bieng, sekitar 15 kilometer dari jantung kota Banda Aceh, setelah itu tanpa pamit pergi ke Banda Aceh dengan berjalan kaki lalu menumpang sebuah truk menuju Medan, Sumatera Utara (Sumut).
Setibanya di Medan, menumpang di rumah paman (abang ibu) selama sepekan, setelah itu kembali menumpang sebuah bus menuju rumah familinya di Perum Bluru Permai Blok H, Sidoarjo, Jawa Timur, hingga akhirnya kembali berkumpul dengan orangtua.
Orang tua korban, Muhammad Syamsi (54), mengaku mengetahui anaknya, Umar Mafazi, setelah abang iparnya di Jawa Timur sekitar tiga minggu dilanda bencana gempa bumi dan tsunami, 26 Desember 2004.
"Sebelum bertemu muka, saya sudah beberapa kali berkomunikasi melalui telepon dengan Umar Mafazi," tambahnya.
Umar Mafazi merupakan anak bungsu dari empat bersaudara, Noni Desiana, Nadir dan Mukhlis Mustaqim (ketiganya hilang dan hingga saat ini belum diketahui keberadaannya) bersama ibu, Ny. Nur Hasanah.
"Anak saya dipulangkan atas fasilitasi sebuah NGO asing dan Dinas Sosial Nanggroe Aceh Darussalam," katanya.
Sementara itu, Wakil Kepala Dinas Sosial NAD, Ridwan Sulaiman, menyebutkan pemulangan anak korban tsunami yang terpisah dengan orangtuanya itu bukan yang pertama, tapi sudah dilakukan beberapa kali sebelumnya.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006