Lima (ANTARA) - Presiden baru Peru Dina Boluarte pada Selasa (13/12) mengatakan bahwa dirinya berencana bertemu dengan Komite Konstitusi Kongres guna "mempersingkat jangka waktu" untuk menggelar pemilihan umum (pemilu) dini, di tengah aksi unjuk rasa yang semakin memanas di seluruh negara itu.
Boluarte pada Senin (12/12) mengusulkan untuk memajukan pemilu 2026 ke April 2024.
Dia mulai menjabat pada 7 Desember ketika Kongres Peru memakzulkan pendahulunya, Pedro Castillo, hanya beberapa jam setelah upayanya yang gagal untuk membubarkan badan legislatif. Castillo kemudian ditahan oleh pasukan keamanan.
Baca juga: Kongres Peru dukung mosi pemakzulan Presiden Castillo
Baca juga: Dina Boluarte dilantik sebagai Presiden Peru
Boluarte, yang sebelumnya merupakan wakil presiden di kabinet Castillo, mengatakan dirinya sedang memimpin pemerintahan "transisi" yang bertujuan untuk "menyerukan ketenangan dan dialog" dan "menyelesaikan permasalahan yang belum terselesaikan" di berbagai wilayah.
Dia menyerukan pemilu dini saat aksi unjuk rasa semakin intensif di beberapa wilayah di negara Amerika Selatan itu, dengan pendukung Castillo menuntut pembebasannya, pengunduran diri Boluarte, pemilihan dini, dan pembubaran Kongres. Tujuh orang tewas dalam bentrokan antara para pengunjuk rasa dan pasukan keamanan di wilayah Apurimac dan Arequipa, Peru selatan.
Boluarte memerintahkan kepolisian nasional "untuk tidak menggunakan senjata mematikan, termasuk peluru karet," seraya mengatakan mereka yang melakukannya akan menghadapi "hukuman berat."
Menteri Pertahanan Peru Luis Otarola pada Selasa mengumumkan keadaan darurat di Arequipa, lokasi dirinya akan menggelar negosiasi.
Baca juga: Dua orang tewas, empat cedera dalam protes tuntut pemilu di Peru
Pewarta: Xinhua
Editor: Bayu Kuncahyo
Copyright © ANTARA 2022