Jakarta (ANTARA) - Pemerintah mengampanyekan Gerakan Ibu Hamil (Bumil) Sehat dari 14 Desember hingga 22 Desember 2022 guna mencegah stunting, kekurangan gizi kronis yang menyebabkan pertumbuhan anak terganggu sehingga badannya lebih pendek ketimbang rata-rata anak seusianya.

Menurut siaran pers dari Kementerian Kesehatan di Jakarta, Rabu, gerakan tersebut mencakup kampanye pemeriksaan ibu hamil minimal enam kali selama kehamilan; Semarak Kelas Ibu Hamil yang meliputi kegiatan makan bersama, minum tablet tambah darah, dan dukungan keluarga/suami; serta apresiasi dan dukungan bagi ibu hamil sehat.

Sebanyak 10.000 puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan yang lain serta 1.000 tempat umum, termasuk tempat ibu hamil bekerja, diharapkan melaksanakan kampanye Gerakan Bumil Sehat secara serempak.

Harapannya gerakan tersebut selanjutnya menjadi gerakan masyarakat untuk mendukung calon ibu mulai dari masa kehamilan sehingga ibu hamil terhindar anemia dan bayi yang lahir terhindar dari stunting.

Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Maria Endang Sumiwi menjelaskan bahwa pemenuhan kebutuhan gizi ibu sejak masa remaja mempengaruhi kondisi bayi yang dilahirkan.

Setelah lahir kebutuhan gizi bayi juga harus dipastikan tercukupi agar terhindar dari stunting mengingat risiko stunting meningkat 1,8 kali pada usia enam sampai 23 bulan akibat kekurangan asupan protein hewani serta pola pengasuhan makanan yang tidak tepat.

Guna mencegah bayi mengalami stunting, pemerintah menjalankan intervensi spesifik sebelum dan setelah kelahiran bayi. Upaya intervensi spesifik sebelum kelahiran bayi mencakup kampanye Gerakan Bumil Sehat.

"Kami saat ini fokus pada sebelum lahir, sehingga awal kehidupan bisa diawali dengan baik untuk anak kita," kata Maria.

Menurut dia, intervensi spesifik sebelum kelahiran bayi meliputi pemberian tablet tambah darah kepada ibu hamil, pemenuhan kebutuhan gizi ibu hamil, serta pemberian suplemen gizi kepada ibu hamil yang kurang gizi.

Gerakan Bumil Sehat ditujukan untuk menurunkan jumlah ibu hamil yang mengalami anemia dan kekurangan energi kronis serta ibu hamil yang punya risiko komplikasi persalinan yang dapat menyebabkan kematian.

Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018, sebanyak 48,9 persen ibu hamil mengalami anemia, sebanyak 17,3 persen ibu hamil mengalami kekurangan energi kronis, dan 28 persen ibu hamil memiliki risiko komplikasi persalinan yang dapat menyebabkan kematian.

Selain menjalankan intervensi spesifik sebelum kelahiran, pemerintah melaksanakan intervensi spesifik untuk mencegah stunting setelah kelahiran bayi, yang mencakup pemenuhan kebutuhan gizi dan pelayanan kesehatan bagi bayi.

"Kami sangat ingin mengejar pada 1.000 hari pertama kelahiran. Jadi kami pastikan sejak awal kehidupan semua faktor pertumbuhan terpenuhi," kata Maria.

Dengan berbagai program intervensi yang dijalankan, angka kasus stunting di Indonesia ditargetkan bisa turun dari 24,4 persen pada 2021 menjadi 14 persen pada 2024 atau turun 3,5 persen setiap tahun.

Pemerintah sudah memetakan 12 provinsi yang menjadi prioritas dalam upaya penurunan stunting, yakni Aceh, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Barat, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, dan Sumatra Utara.

Baca juga:
Kemenko PMK tekankan pentingnya pencegahan anemia pada ibu hamil
BKKBN: Setiap tahun 400 ribu bayi yang lahir di Indonesia mengalami stunting

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2022