London (ANTARA) - Menteri Luar Negeri Inggris James Cleverly pada Senin (12/12) berjanji untuk menjalin aliansi baru dengan kekuatan dunia yang sedang berkembang, seperti Brazil, Kenya, Afrika Selatan, dan Indonesia.
Dia juga berjanji bahwa Inggris akan menunjukkan komitmen jangka panjang terhadap kawasan Indo-Pasifik, termasuk dengan bergabung dalam Perjanjian Perdagangan Bebas Trans-Pasifik sesegera mungkin.
“Kami akan memperdalam kerja sama kami dengan India dan menyelesaikan perjanjian perdagangan kami dengan mereka. Kami akan mendukung Indonesia dan Afrika Selatan dengan rencana mereka untuk transisi energi yang adil, menunjukkan bagaimana investasi yang diperlukan dapat dimobilisasi dalam skala besar, dan minggu lalu, Uni Eropa dan Inggris mencapai kesepakatan ambisius untuk melakukan hal yang sama dengan Vietnam," kata Cleverly.
Ketika mengumumkan "diplomasi kesabaran" yang dilancarkan Inggris, dia mengatakan bahwa Inggris tidak boleh terus berlindung dalam kenyamanan dari aliansi yang sudah terbangun sebelumnya dengan mitra-mitra tradisional London.
“Itu tidak akan cukup untuk mempertahankan tatanan internasional, kecuali prinsip dan institusinya mendapat dukungan dari dunia di luar Eropa dan Amerika Utara. Kita perlu memastikan bahwa kita melakukan percakapan dengan negara-negara yang memiliki filosofi lain," ujar dia.
Dia juga menggarisbawahi bahwa pengaruh Inggris di masa depan akan bergantung pada persuasi dan kemenangan di negara-negara yang lebih jauh, mengingat pusat gravitasi geopolitik dunia kini bergerak ke arah selatan dan timur.
"Kita hidup dalam periode sejarah yang penting ketika langkah perubahan semakin cepat. Dan dalam beberapa dekade mendatang, bagian ekonomi dunia yang semakin besar --dan oleh karena itu kekuatan dunia-- akan berada di tangan negara-negara di Asia, Afrika, dan Amerika Latin," tutur dia.
Menegaskan bahwa diplomasi bukan tentang mendikte atau memberi tahu orang lain apa yang harus mereka lakukan, Cleverly menggarisbawahi keinginan Inggris untuk membangun hubungan yang setara dan saling menguntungkan berdasarkan kepentingan dan prinsip bersama.
“Dulu, saya pikir mungkin kita terlalu transaksional dan terlalu tidak sabar. Sekarang kita harus memiliki ketahanan strategis, kemauan untuk berkomitmen pada hubungan selama beberapa dekade ke depan,” kata dia.
Sumber: Anadolu
Baca juga: Pemerintah Indonesia dan Inggris kerja sama efisiensi energi
Baca juga: Dubes Jenkins: Presidensi G20 momen emas hubungan RI-Inggris
Penerjemah: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2022