Meskipun 2023 akan menjadi tahun yang penuh tantangan bagi perusahaan teknologi, masih ada peluang bagi mereka yang fokus pada bisnis intinya, membangun tim, dan menumbuhkan budaya tata kelola yang baik
Jakarta (ANTARA) - Pendiri AC Ventures dan Komisaris Bursa Efek Indonesia (BEI) Pandu Patria Sjahrir mengakui tantangan yang ada di depan perusahaan teknologi dan menekankan perlunya perusahaan teknologi menerapkan tata kelola yang baik.
“Meskipun 2023 akan menjadi tahun yang penuh tantangan bagi perusahaan teknologi, masih ada peluang bagi mereka yang fokus pada bisnis intinya, membangun tim, dan menumbuhkan budaya tata kelola yang baik," katanya dalam webinar "Bersiap menghadapi tantangan pada 2023" sebagaimana dikutip dari keterangan resmi, Selasa.
Dalam kesempatan yang sama, CEO Banpu Public Company Limited Somruedee menyarankan pelaku bisnis untuk fokus dan berhati-hati dalam keuangan dan tata kelola yang baik, mengidentifikasi peluang regional yang muncul, seperti logistik dan manufaktur maju, dan menyarankan mereka dapat mengubah krisis menjadi peluang.
“Kita berada di era yang tidak pernah normal. Guna bertahan dalam jangka panjang, pelaku bisnis wajib menanamkan paradigma 'never normal' agar dapat memetik manfaat dari disrupsi pemikiran ini," ucapnya.
Menurut dia, ASEAN kini telah menjadi hub internasional bagi sektor manufaktur, didorong oleh peningkatan investasi dan pertumbuhan PDB yang stabil.
Pelaku usaha di ASEAN juga mulai meningkatkan proses produksinya ke teknologi Industri 4.0 seperti robotika, pencetakan 3D, dan digitalisasi industri yang lebih luas.
"Hal ini memberikan peluang bagi perusahaan untuk mengembangkan bisnisnya, mendiversifikasi rantai pasokannya, dan membangun jaringan di pasar Asia Tenggara. Diversifikasi sangat penting bagi ketahanan perusahaan dan strategi mitigasi risiko," ucapnya.
Wakil Presiden Eksekutif Senior dan Direktur Bangkok Bank Kobsak Pootrakool mengatakan ASEAN menyediakan tempat berlindung yang aman dari badai ekonomi yang diakibatkan perlambatan ekonomi global, kenaikan suku bunga, inflasi tinggi, rantai pasokan yang terganggu, dan geopolitik.
“Kawasan ini akan terpengaruh sementara sampai batas tertentu oleh turbulensi ekonomi global, Asia Tenggara akan pulih dan tumbuh lebih cepat dibanding bagian dunia lainnya, termasuk sebagian besar ekonomi maju," ucapnya.
Ekonomi utama Asia Tenggara, seperti Indonesia, Thailand, dan Vietnam menurutnya juga akan kembali ke jalur pertumbuhan yang berkelanjutan, dan ASEAN tetap berada di jalur yang tepat untuk menjadi ekonomi terbesar ke-4 di dunia pada tahun 2030.
"Hal ini didukung oleh pasar yang beragam, demografi positif, digitalisasi, perusahaan yang kuat, dan investasi asing yang tumbuh," ucapnya.
Pewarta: Sanya Dinda Susanti
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2022