Penggunaan energi fosil berupa gas akan memiliki peran penting di era transisi energi dan bakal memainkan peran kunci menuju penurunan emisi dalam penggunaan energi

Jakarta (ANTARA) - PT PLN (Persero) menetapkan strategi untuk terus mengurangi emisi dalam operasional pembangkitan dengan memangkas jumlah Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara sesuai Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030.

"Penggunaan energi fosil berupa gas akan memiliki peran penting di era transisi energi dan bakal memainkan peran kunci menuju penurunan emisi dalam penggunaan energi," kata Direktur Manajemen Pembangkitan PLN, Adi Lumakso dalam Outlook Sektor ESDM 2023 dan Penganugerahan E2S Award 2022 yang digelar Energy & Mining Editor Society (E2S) di Jakarta, Selasa.

Adi Lumakso mengatakan dalam RUPTL, populasi kapasitas PLTU nantinya kurang lebih 13 ribu Megawatt (MW), setara 40 juta metrik ton CO2 ekuivalen sampai masa umur operasi PLTU tersebut.

“Itu komitmen PLN untuk mengurangi CO2. PLN di beberapa kegiatan pada 2025, itu komposisinya EBT 23 persen dan mencapai NZE 2060 sebesar 0 persen. Ini komitmen kami. Kami akan mengutamakan NRE (New Renewable Energy) sedemikian rupa melalui tenaga air, panas bumi, angin, dan solar (matahari). Kami dorong untuk mencapai NZE pada 2060,” kata Adi dalam paparannya.

Selain Adi, dalam Outlook Sektor ESDM bertajuk "CEO’S New Vision: Business Reform to Shape The Energy Transition" hadir sebagai narasumber Direktur Eksplorasi PT Pertamina Hulu Energi (PHE) Muharram Jaya Panguriseng, Direktur Utama PT Amman Mineral Nusa Tenggara Rachmat Makassau, dan Vice President Pengembangan Hilir PT Bukit Asam Tbk Setiadi Wicaksono.

Menurut Adi, transisi energi sudah tidak bisa dihindari. Penggunaan energi yang ramah lingkungan menjadi tidak bisa ditawar sekarang ini. Namun demikian energi fosil berupa gas juga masih memiliki peran penting di era transisi energi.

PLN menetapkan gas bakal memainkan peran kunci menuju penurunan emisi dalam penggunaan energi. Apalagi potensi gas di Indonesia masih cukup besar. Dengan emisi lebih sedikit, maka gas wajar menjadi energi alternatif pengganti pembangkit listrik fosil lain seperti batu bara ataupun minyak.

Selain itu, pemanfaatan gas juga relatif lebih cepat untuk dieksekusi dibandingkan pembangkit berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT) lainnya. “Kita kaya dengan gas sambil menunggu pembangkit EBT seperti PLTS, Hidro, PLTP (panas bumi) ini perlu waktu cukup lama untuk membangun, jadi ada transisi di sini, adalah perubahan dari PLTU kita ganti sebagian dengan gas. Karena gas emisinya ini lebih kecil,” ungkap Adi.

Sementara itu, dalam E2S Award 2022, PLN menyabet kategori "Best CEO Power Company" yang diraih Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo. Tidak hanya itu, PLN juga meraih penghargaan melalui kategori "Best Public Relation Manager Power Company" melalui I Made Arya, Manager Komunikasi PLN Unit Induk UID Bali. Serta kategori "Best Press Release Power Company" melalui rilis berjudul "Kurangi Impor dan Gairahkan Ekonomi Nasional. Ini Gebrakan PLN Bangun Ekosistem Industri Lokal".

Menurut Dewan Juri E2S Award 2022 Lili Hermawan, indikator penilaian terdiri dari media monitoring dari Januari-Desember 2022. Kedua, validasi pemenang dengan melibatkan pakar terkait. Ketiga, konfirmasi dari stakeholder atau mitra kerja perusahaan. Serta, hasil pengamatan saat editor melakukan media visit.

“Kami memang tidak meminta calon pemenang penghargaan untuk presentasi karena penilaiannya berlangsung terus menerus selama satu tahun. Dengan demikian siapa pun yang mendapatkan penghargaan akan lebih fair dalam penilaiannya,” kata Lili.

Baca juga: PLN ajak komunitas kendaraan listrik untuk promosi dan beri masukan
Baca juga: Dukung Pemulihan Ekonomi, PLN Jalankan Arahan Presiden Siapkan Pasokan Listrik Untuk Hilirisasi Industri
Baca juga: Legislator dukung PLN gunakan PMN untuk listriki daerah 3T

Pewarta: Faisal Yunianto
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022