Kolombo, 4/5 (ANTARA/AFP) - Presiden Sri Lanka Mahinda Rajapakse memperingati hari kebebasan pers internasional Rabu dengan janji menghukum para pembunuh dua pekerja surat kabar di sebuah harian pro-pemberontak Tamil. Orang-orang bersenjata menyerbu kantor surat kabar Uthayan di Jaffna, 400 kilometer sebelah utara Kolombo, ibukota Sri Lanka, Selasa malam, menewaskan seorang manajer dan seorang pegawai, kata beberapa wartawan dan pejabat. Enam orang ditangkap dalam kaitan dengan serangan itu, kata seorang jurubicara pemerintah pada acara memperingati hari kebebasan pers internasional yang dihadiri Presiden Mahinda Rajapakse. "Kami telah diberi tahu bahwa enam orang ditangkap dalam kaitan dengan serangan kemarin," kata jurubicara itu. Namun, polisi mengatakan, keenam orang itu kemudian dibebaskan setelah orang-orang yang selamat dalam serangan itu tidak mengidentifikasi mereka sebagai orang bersenjata yang terlibat dalam penyerbuan terhadap kantor surat kabar tersebut. Serangan itu memperparah bulan yang paling banyak merenggut korban dimana 200 orang tewas sejak gencatan senjata 2002 diberlakukan antara pemberontak dan pemerintah. Pemerintah menyatakan, para pelaku pembunuhan itu melancarkan aksinya pada waktu yang dimaksudkan untuk memalukan pemerintah ketika Sri Lanka menjadi tuan rumah perayaan Hari Kebebasan Pers Dunia UNESCO, sementara pemberontak Tamil menuduh pasukan pemerintah bertanggung jawab atas serangan itu. "Dengan penyesalan yang dalam atas mereka yang tewas dan mereka yang cedera, pemerintah saya dan saya mengutuk tindakan keji ini dalam pernyataan yang sekeras mungkin," kata Rajapakse. "Saya telah memerintahkan pihak berwenang penegak hukum melakukan segala upaya untuk membawa penjahat-penjahat yang terlibat dalam tindakan keji itu ke pengadilan," katanya. Para pembunuh menuntut bertemu dengan seorang wartawan yang tidak bisa mereka temukan di kantor harian itu, yang mendukung pemberontak Macan Pembebasan Tamil Eelam (LTTE). Menteri Urusan Media Anura Yapa menyalahkan serangan penembakan itu pada "teroris bersenjata", namun ia tidak memberikan penjelasan lebih lanjut. Divisi politik Macan Tamil mengeluarkan sebuah pernyataan yang menuduh pasukan pemerintah bertanggung jawab atas serangan tersebut.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006