Moskow (ANTARA) - Rubel Rusia turun ke level terlemahnya terhadap euro sejak akhir Mei pada awal perdagangan Selasa, dirugikan oleh harga minyak yang relatif rendah dan prospek pendapatan ekspor yang lebih rendah karena pembatasan harga minyak Rusia yang mulai berlaku pada bulan ini.
Pada pukul 07.32 GMT, rubel telah kehilangan 0,9 persen menjadi diperdagangkan pada 66,94 versus euro, terlemah sejak 30 Mei. Rubel juga turun 0,8 persen terhadap dolar menjadi diperdagangkan di 63,31 dan telah turun 0,9 persen terhadap yuan menjadi 9,07.
"Rubel telah melemah terhadap semua pesaing utama," kata Otkritie Research dalam sebuah catatan. "Tema sanksi terus menekan mata uang Rusia."
Perekonomian Rusia dan keuangan pemerintah akan berjuang di bawah beban embargo Uni Eropa atas ekspor minyak Rusia dan batas harga 60 dolar AS per barel yang diberlakukan oleh G7, Uni Eropa dan Australia.
Baca juga: Rubel menguat menuju 62 per dolar, aset Rusia tertekan harga minyak
Minyak mentah Brent, patokan global untuk ekspor utama Rusia, naik 1,8 persen menjadi 79,4 dolar AS per barel, setelah pekan lalu mencapai level terendah tahun ini.
Investor juga mengawasi bank sentral Rusia, yang diperkirakan akan mempertahankan suku bunga utamanya pada 7,5 persen pada Jumat (16/12/2022), karena inflasi terus melambat dan untuk menilai kemungkinan dampak ekonomi dari pembatasan dan embargo harga minyak, menurut jajak pendapat Reuters.
Pasar juga sedang menunggu keputusan suku bunga lainnya minggu ini, termasuk dari Federal Reserve (Fed) AS dan Bank Sentral Eropa.
Indeks saham Rusia beragam. Indeks RTS berdenominasi dolar turun 0,7 persen menjadi diperdagangkan di 1.081,3 poin. Indeks MOEX Rusia berbasis rubel diperdagangkan tidak berubah pada 2.173,1 poin.
Baca juga: Dolar ditutup menguat jelang data inflasi AS & pertemuan The Fed
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022