Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah heran demonstrasi buruh menolak revisi Undang-Undang (UU) Ketenagakerjaan terus berlanjut, meski pemerintah telah menarik draft terakhir revisi yang mencemaskan mereka. Menperin Fahmi Idris usai berdialog dengan Dinas Perindustrian Propinsi, di Jakarta, Rabu menyatakan keheranan dan keprihatinannya atas demonstrasi buruh hari ini yang lebih agresif dan merusak dibandingkan 1 Mei 2006 ketika merayakan Hari Buruh Internasional. "Presiden sendiri yang mengatakan bahwa draft yang merisaukan itu ditarik, jadi mulai dari titik nol, dan ditunjuk pihak ketiga untuk melakukannya (revisi UU Ketenagakerjaan). Kurang apa lagi dan mau gimana lagi komitmen, itu sudah paling puncak, dan melarang orang revisi `nggak` boleh," ujar Fahmi. Ia mengatakan revisi UU itu diperkenankan, karena Indonesia memiliki Mahkamah Konstitusi (MK) yang juga bertugas untuk merevisi UU. Bahkan kata dia, UUD 1945 saja telah direvisi dan diamandemen. "Jadi Merevisi UU itu boleh bin boleh," katanya. Menanggapi pertanyaan apa penilaiannya sebagai Menperin terhadap demontrasi buruh masih berlangsung meskipun pemerintah sudah menarik draft revisi UU Ketenagakerjaan yang dituntut buruh, Fahmi mengatakan, "Mari kita tanya pada rumput yang bergoyang." Lebih jauh ia mengatakan belum tahu berapa kerugian yang dialami dunia usaha akibat aksi demonstrasi hari ini. Namun, kata dia, berdasarkan data Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) demonstrasi buruh 1 Mei 2006 telah menyebabkan kerugian sebesar Rp840 miliar sampai Rp850miliar. Kerugian terbesar dialami sektor industri tekstil dan produk tekstil (TPT), terutama di garmen, serta industri plastik seperti pembuatan biji plastik. Ia mengatakan meskipun demonstrasi buruh 3 Mei 2006 yang berpusat di Semanggi dan Gedung MPR/DPR, namun dampaknya merambah ke banyak hal, karena misalnya di Cikupa, Tangerang, terjadi aksi "sweeeping" yang menimbulkan kemacetan. "Ini menunjukkan demo hari memprihatinkan apalagi sweeping juga terjadi luar biasa di daerah Tangerang," ujarnya. Fahmi yang juga aktivis 66 itu memperkirakan demonstrasi buruh tidak akan berlangsung terus menerus, karena diperkirakan mereka juga tidak kuat membiayai. "Ongkosnya mahal tuh demo, siapa yang kuat itu," katanya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006