Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden Jusuf Kalla menyesalkan terjadinya aksi kekerasan dalam demo buruh yang terjadi di depan pintu gerbang DPR/MPR RI, sebagai suatu peristiwa yang tidak diharapkan."Tentu apa yang terjadi di DPR (Rabu hari ini) tidak kita harapkan dan tentu juga tak diharapkan oleh pimpinana serikat pekerja. Oleh karena itu kita menyesalkkan kejadian itu," kata Wapres Jusuf Kalla kepada wartawan di Jakarta, Rabu ketika diminta komentarnya mengenai aksi kekerasan dalam aksi demo buruh.Menurut Wapres, sebenarnya apa yang terjadi pada aksi demo buruh tersebut yang cenderung memanas tersebut bukan sesuatu yang diagendakan atau direncanakan. Wapres mengharapkan dalam aksi-aksi demo ke depan, bisa berlangsung dengan tertib dan damai sebagaimana yang terjadi pada saat aksi demo 1 Mei memperingati hari buruh internasional. Yang terpenting, tambah Wapres sebenarnya adalah bagaimana ke depan buruh atau pekerja menjadi lebih sejahtera dan memiliki masa depan yang baik. Sebelumnya dalam aksi demo di depan pintu gerbang DPR/MPR-RI, ribuan buruh yang melakukan aksi demo mulai memanas dengan saling mendorong pintu dan meneriakkan caci maki serta melakukan pembakaran sampah baik di jalan tol maupun di jalur lambat jalan S Parman, bahkan massa juga berusaha masuk dengan mendobrak pintu gerbang dengan menggoyang-goyangkannya. Akibatnya, pihak keamanan berusaha pengamankannya dengan menyemprotkan "water canon" dan gas air mata ke arah massa demo buruh tersebut. Namun kondisi tersebut disikapi oleh massa buruh tersebut dengan bergerak mundur dan sebagian besar lainnya mempergunakan masker selendang di lehernya agar terhindar dari semprotan gas air mata ataupun semburan air. Di seputar pintu gerbang DPR/MPR RI, aksi demo buruh tersebut cenderung memanas mengingat massa mulai melempar batu ke arah aparat keamanan yang berada di barisan dengan pintu gerbang bahkan mereka juga meneriaki mereka dengan kata caci maki. Mengantisipasi hal tersebut, pihak kepolisian juga menyiagakan lagi satu unit "water canon" yang diarahkan ke massa. Sementara itu, sampai pukul 16.15 WIB puluhan ribu buruh belum beranjak dan bertahan di depan Gedung DPR/MPR RI untuk menyerukan aspirasi mereka menolak revisi Undang-Undang Ketenagakerjaan.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006