Jika sehari masyarakat bisa berproduksi 300 ton maka potensi pendapatan bisa mencapai Rp180 juta

Kupang (ANTARA) - Lubang-lubang di tanah tampak berjejer rapih mengisi hamparan lahan kering di area berbukit Desa Oetuke, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Pulau Timor, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Satu demi satu lubang sedalam kira-kira 1 meter itu mulai ditanami pada acara penyaluran bantuan bibit pohon lamtoro, ternak sapi, serta mesin pencacah kayu oleh PT PLN (Persero) Unit Induk Wilayah (UIW) Nusa Tenggara Timur.

Di bawah panas terik Matahari yang menyengat kulit, warga desa masih tampak antusias mengikuti penanaman bibit pohon yang dilakukan bersama-sama oleh General Manager PLN UIW NTT, Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat, Rektor Universitas Nusa Cendana, jajaran pemerintah kabupaten hingga tingkat desa, beserta badan usaha milik desa (BUMDes) dan masyarakat.

Penanaman pohon di Desa Oetuke itu menjadi titik awal untuk menyulap lahan kering menjadi hutan energi berbasiskan pada ekonomi kerakyatan warga di Pulau Timor.

Bantuan sebanyak 40.000 bibit pohon lamtoro disalurkan perusahaan setrum negara itu kepada masyarakat untuk ditanam secara menyebar di Oetuke sebagai desa percontohan dan sejumlah desa lain di sekitar.

Bibit pohon lamtoro yang dipilih bukan tanpa sebab. Ada manfaat ganda yang bisa dinikmati ketika tumbuh menjadi pohon yang kokoh.

Ranting atau batang pohon lamtoro pada waktunya akan dipangkas untuk tujuan utama yaitu diolah menjadi serbuk kayu untuk digunakan sebagai sumber bahan bakar pembangkit listrik, sementara daun pohon juga dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak.

Mewujudkan hutan energi bukanlah proses yang cepat, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Mulai dari menyiapkan lahan, menanam pohon, hingga merawatnya hingga tumbuh menjadi sebuah pohon untuk dimanfaatkan, membutuhkan komitmen bekerja total dan bekerja cerdas.

Pada fase inilah, perguruan tinggi memainkan peranan strategis melalui Universitas Nusa Cendana yang telah hadir mengedukasi serta mendampingi masyarakat desa untuk mengembangkan pohon lamtoro, termasuk membuat pupuk untuk menyuburkan tanaman.

Selanjutnya, ketika bibit lamtoro tumbuh menjadi pohon yang layak dimanfaatkan, masyarakat akan menjualnya kepada BUMDes lalu diolah menjadi serbuk kayu menggunakan mesin pencacah sebelum dipasok ke pembangkit listrik PLN.


Energi hijau

Pengembangan hutan energi di Desa Oetuke dan sekitarnya menjadi langkah nyata PLN dalam proses transisi menuju energi hijau berbasiskan biomassa dengan dukungan teknologi co-firing.

Tanaman lamtoro yang dikembangkan bakal digunakan sebagai bahan baku sumber bahan bakar menggantikan batu bara yang selama ini digunakan untuk sumber energi pembangkit listrik PLN.

GM PLN UIW Nusa Tenggara Timur Fintje Lumembang mengatakan, sebelumnya, pihaknya telah menjalankan uji coba 100 persen pemanfaatan biomassa pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Bolok yang berada di Kabupaten Kupang.

Uji coba berhasil dilakukan, namun pekerjaan rumah selanjutnya pun menanti, yaitu memastikan pasokan bahan baku yang memadai, mengingat kebutuhan serbuk kayu untuk pembangkit listrik mencapai 15 ton per jam.

Oleh sebab itu, penguatan dari ketersediaan bahan baku dilakukan melalui pengembangan hutan energi yang sekaligus menghadirkan peluang usaha ekonomi bagi masyarakat.

Penyaluran berbagai bantuan seperti bibit pohon, ternak, dan mesin pencacah kayu kepada masyarakat dan sekitarnya merupakan langkah strategis untuk menumbuhkan titik-titik sentra bahan baku.

"Jadi transisi energi hijau dari biomassa ini kami lakukan dari hulu hingga hilir," kata Fintje.

Desa Oetuke dan desa sekitar menjadi titik kedua pengembangan hutan energi di Pulau Timor, setelah yang sudah dijalankan di Pusat Instalasi Pertanian Undana, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang.

Upaya identifikasi potensi lahan juga terus dilakukan melalui kolaborasi dengan perguruan tinggi dan pemerintah daerah sehingga Fintje berharap ke depan, akan semakin banyak titik-titik kawasan hutan energi yang dikembangkan.

Bagi PLN, pengembangan hutan energi sebagai langkah jitu dalam mendukung pemerintah mengurangi emisi karbon sekaligus berkontribusi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.


Asa kemakmuran

Kawasan hutan energi yang dikembangkan di Desa Oetuke dan sekitarnya sebagai cikal bakal sumber pendapatan yang berpeluang membawa masyarakat desa keluar dari kemiskinan.

Gubernur Nusa Tenggara Timur Viktor Bungtilu Laiskodat memperkirakan ekonomi masyarakat di desa-desa yang menjadi sasaran pengembangan hutan energi tidak lama lagi akan cepat bertumbuh.

Dalam perhitungan, potensi produksi pohon lamtoro yang ditanam pada lahan seluas satu hektare mampu menghasilkan sebanyak 50 ton serbuk kayu.

"Jika sehari masyarakat bisa berproduksi 300 ton maka potensi pendapatan bisa mencapai Rp180 juta," kata Laiskodat.

Potensi keuntungan ekonomi itu bisa tergapai jika semua pihak memainkan peranan secara optimal, terutama masyarakat yang perlu merawat puluhan ribu bibit pohon yang sudah ditanam agar bisa bertumbuh. Apalagi lamtoro merupakan jenis pohon yang makin dipangkas maka akan kian subur sehingga bisa memberi manfaat lebih optimal.

Berbagai bantuan telah disalurkan termasuk puluhan ekor sapi sehingga diharapkan angka kemiskinan masyarakat Desa Oetuke dan desa-desa sekitarnya, ke depan mampu diturunkan.

Lasikodat mengaku bangga melihat pengembangan hutan energi di Desa Oetuke karena mencerminkan sinergi lintas sektor secara total, mulai dari pemerintah daerah, PLN, BUMDes, pengusaha, hingga masyarakat.

Bekerja secara kolaborasi merupakan langkah yang sangat dibutuhkan untuk mempercepat kemajuan pembangunan di provinsi berbasiskan kepulauan itu.

Kolaborasi lintas sektor dalam pengembangan hutan energi di Desa Oetuke dan sekitarnya telah membawa harapan baru bagi masyarakat desa. Mereka telah memulainya dengan menanam pohon sekaligus menanam asa akan masa depan hidup yang lebih makmur.

Editor: Achmad Zaenal M

Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2022