Jakarta (ANTARA) - Direktur Sosial Budaya dan Organisasi Internasional Nergara Berkembang Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Penny Dewi Herasati mengatakan bahwa Indonesia harus dapat memanfaatkan Konvensi Intangible Cultural Heritage (ICH) 2003 untuk mendukung diplomasi budaya dengan negara-negara lain.

“Bagaimana diplomasi budaya Indonesia melalui Konvensi ICH 2003? Indonesia sebagai negara yang kaya akan budaya tentu harus dapat memanfaatkan Konvensi ICH 2003 untuk mendukung pemajuan kebudayaan dan memperluas potensi kerja sama budaya yang besar,” kata Penny dalam “Bincang Santai WBTb Indonesia Menuju ICH” yang diikuti secara virtual di Jakarta, Kamis.

Dia menjelaskan bahwa Konvensi Perlindungan terhadap Warisan Budaya Takbenda (WBTb) UNESCO tersebut merupakan bagian dari program kerja sama budaya. Sesuai dengan konstitusi UNESCO, Penny mengatakan pada prinsipnya seluruh kerja sama di bawah program UNESCO harus untuk kepentingan perdamaian dan kerja sama.

Tujuan Konvensi ICH 2003 antara lain mewariskan budaya tak benda, memastikan masyarakat kelompok dan individu yang bersangkutan menjunjung tinggi warisan budaya tak benda, serta meningkatkan kesadaran di tingkat lokal, nasional, dan internasional tentang pentingnya warisan budaya tak benda dan untuk menumbuhkan rasa saling menghargai.

Baca juga: Kemdikbudristek ungkap strategi dalam pengajuan WBTb ke Unesco

Baca juga: Kemdikbudristek soroti pentingnya data warisan budaya tak benda daerah

“Secara umum Konvensi UNESCO sendiri memiliki semangat dan prinsip yang mengedepankan kerja sama dan mutual respect antar-negara,” ujar Penny.

Dia menegaskan bahwa inskripsi atau pencatatan suatu warisan budaya merupakan titik awal untuk pengembangan pelestarian budaya. Inskripsi WBTb, imbuh Penny, membuka banyak peluang kerja sama kebudayaan bagi Indonesia misalnya kerja sama praktis terkait pelestarian yang dapat mendukung peningkatan industri kreatif serta beberapa keuntungan lainnya.

“Pelestarian dan inskripsi WBTb juga dapat disesuaikan dengan isu-isu yang terjadi di tingkat global. Misalnya, budaya sehat jamu yang saat ini tengah dalam proses inskripsi oleh Indonesia untuk siklus 2022-2023 dianggap tepat dengan situasi pandemi dan dapat mendukung prioritas kesehatan global,” kata dia.

Penny juga mengatakan, apabila inskripsi dilakukan melalui multinational nomitation atau joint nomination maka dapat memberi manfaat untuk hubungan antar-negara. Hal tersebut sesuai dengan tujuan konvensi yang mendorong mutual respect dan mutual trust antar-negara.

Mutual trust ini yang paling penting. Trust defisit itu yang saat ini terjadi di dunia global. Dengan membangun people-to-people contact, maka muncul trust dan respect diharapkan dapat tumbuh di antara komunitas negara-negara tersebut,” kata dia.

Kemudian dalam konteks yang dikaitkan dengan Indonesia yang akan menjadi Ketua ASEAN tahun 2023, Penny juga mengingatkan bahwa kerja sama budaya di antara negara-negara ASEAN dapat memberikan bobot dan nilai tambah dari momen keketuaan Indonesia.*

Baca juga: Tujuh budaya tak benda Kaltim masuk WBTB Indonesia 2022

Baca juga: DIY bakal menerima 26 sertifikat warisan budaya tak benda

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022